Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Kompas.com - 29/04/2024, 19:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan Hendry Lie, sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah terkait wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di PT Timah Tbk 2015-2022 pada Jumat (26/4/2024).

Pendiri maskapai Sriwijaya Air itu ditetapkan sebagai tersangka dalam kapasitasnya sebagai beneficiary owner PT Tinindo Inter Nusa (TIN).

Selain Hendry, Kejagung juga menetapkan empat orang lainnya sebagai tersangka kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah.

Mereka adalah BN selaku Plt Kepala Dinas (Kadis) Provinsi Bangka Belitung tahun 2019, SW selaku Kadis ESDM Provinsi Bangka Belitung 2015-2019, AS selaku (Kadis) Provinsi Bangka Belitung, dan FL sebagai marketing PT TIN.

"Betul (Hendry Lie jadi tersangka)," kata kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Ketut Sumedana dilansir dari Kompas.com, Minggu (28/4/2024).

Meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, Kejagung belum melakukan penahanan terhadap Hendry.

Baca juga: Capai Rp 271 Triliun, Berikut Rincian Penghitungan Kasus Korupsi Timah di Bangka Belitung

Alasan Kejagung belum menahan Hendry Lie

Ketut menjelaskan, Kejagung belum menahan Hendry karena tersangka tidak memenuhi panggilan pemeriksaan.

Kejagung berencana memanggil Hendry untuk diperiksa, namun Ketut mengaku belum tahu jadwal pemeriksaan tersangka.

Ia juga menambahkan, pihaknya belum mengetahui apakah Kejagung sudah meminta Ditjen Imigrasi untuk mencekal Hendry bepergian ke luar negeri.

"Saya belum dapat info. Kalau diperiksa pasti dirilis," imbuh Ketut.

Selain Hendry, Kejagung juga tidak menahan BN yang pernah menjabat sebagai Provinsi Bangka Belitung pada 2019 karena alasan kesehatan.

Sementara ini, Kejagung baru menahan tiga tersangka, yakni SW, AS, dan FL. SW dan AS ditahan di Rutan Salemba, Jakarta Pusat dan FL mendekam di Rutan Salemba cabang Kejagung.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (26/4/2024), SW, AS, dan FL ditahan selama 20 hari ke depan. Bila ditotal, Kejagng sudah menetapkan 21 orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah.

Baca juga: Peran Harvey Moeis dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Peran Hendry Lie

Dilansir dari Kompas.id, Jumat, Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejagung Kuntadi mengatakan, Hendry diduga terlibat melakukan pengondisian dalam kerja sama penyewaan alat pengolahan timah.

Hal tersebut dilakukan Hendry bersalam FL dengan membentuk dua perusahaan boneka guna memperlancar aktivitas ilegal tersebut.

Kuntadi menyampaikan bahwa Hendry bersama empat tersangka lainnya dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 dan Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

Kuntadi membeberkan, Hendry pernah diperiksa terkait kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah.

Namun, pada pemeriksaan yang dilakukan Kejagung pada Jumat, ia berhalangan hadir karena alasan sakit.

Dalam waktu dekat, Kejagung akan melakukan pemanggilan kembali terhdap Hendry dalam kapasitasnya sebagai tersangka.

Baca juga: Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan Crazy Rich PIK Helena Lim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com