KOMPAS.com - Tsutomu Yamaguchi diklaim sebagai salah satu orang paling beruntung di dunia karena pernah selamat dari dua ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
Selama beberapa dekade, ia tak pernah menceritakan kisahnya dan memilih untuk bungkam.
Namun, setelah kematian putranya (yang juga menjadi penyintas bom atom Nagasaki) karena kanker pada 2005, Yamaguchi memutuskan untuk menceritakan dua kejadian tersebut.
Pada 2009, ia menjadi satu-satunya orang yang diakui oleh Pemerintah Jepang sebagai double hibakusha atau orang yang selamat dari bom atom ganda, dikutip dari Tokyo Weekender.
Seperti apa kisahnya?
Baca juga: Apa yang Terjadi Setelah Ledakan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki?
Baca juga: 78 Tahun Lalu, Bom Atom Fat Man Dijatuhkan di Nagasaki, 80.000 Orang Tewas
Pada 6 Agustus 1945, Yamaguchi sedang menuju Hiroshima untuk melakukan perjalanan bisnis di tempatnya bekerja, Mitsubishi Heavy Industries, dikutip dari History.
Sekitar pukul 08.15 waktu setempat, ia sempat melihat pesawat B-29 milik Amerika Serikat yang membawa senjata mematikan tersebut.
Pesawat itu kemudian menjatuhkan benda kecil yang terhubung dengan parasut dan tiba-tiba meletus di langit, mirip seperti petir yang sangat besar.
Ia punya cukup waktu untuk menyelam ke dalam selokan sebelum ledakan yang memekakkan telinga terdengar.
Gelombang kejut yang merupakan efek bom atom, menyedot Yamaguchi dari tanah dan melemparnya hingga ke kebun yang berada di sekitarnya.
Saat itu, ia berada kurang dari dua mil atau sekitar 3,2 kilometer dari titik nol ledakan di Hiroshima, Jepang.
“Saya pikir saya pingsan beberapa saat dan ketika membuka mata, semuanya gelap, dan saya tidak dapat melihat banyak,”.
Ia menyaksikan sendiri awan api berbentuk jamur menyelimuti langit Hiroshima dengan kondisi keadaan wajah dan lengannya mengalami luka bakar parah, serta kedua gendang telinganya pecah.
Yamaguchi beserta dua rekannya yang selamat, Akira Iwanaga dan Kuniyoshi Sato akhirnya mulai memberanikan diri meninggalkan Hiroshima pada 7 Agustus 1945.
Bersama rekannya, ia menyaksikan seisi kota Hiroshima dipenuhi api menyala, bangunan-bangunan yang hancur, serta mayat-mayat yang hangus dan meleleh berjejer di jalan.