Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Kembalikan Tiga Benda Bersejarah Indonesia yang Dijarah, Apa Saja?

Kompas.com - 28/04/2024, 11:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Amerika Serikat bakal mengembalikan tiga benda bersejarah milik Indonesia yang dijarah dan dijual secara ilegal oleh jaringan perdangan dan penyelundupan di Negeri Paman Sam, Jumat (26/4/2024).

Pengembalian benda bersejarah itu dilakukan atas keputusan Jaksa Wilayah Manhattan, Alvin Bragg terhadap kasus penyelundupan barang-barang curian di Asia Tenggara dengan terdakwa Subhash Kapoor dan Nancy Wiener.

Selain dari Indonesia, Amerika juga akan mengembalikan 27 benda bersejarah curian dari Kamboja. Barang-barang antik itu diperkirakan bernilai 3 juta dollar AS atau sekitar Rp 48 miliar, seperti dilansir dari Times Now News.

Puluhan benda bersejarah itu dicuri oleh Kapoor dan Wiener dari Asia Tenggara dan dijual di galerinya di Manhattan, Amerika.

Kapoor adalah keturanan India-Amerika yang berprofesi sebagai pedagang seni. Sementara Wiener merupakan warga Amerika yang melakukan perdagangan ilegal barang antik.

Lantas, benda bersejarah apa saja yang akan dikembalikan ke Indonesia?

Baca juga: Museum Nasional Kebakaran, Bagaimana Nasib Benda-benda Bersejarah?

Benda bersejarah Indonesia yang dikembalikan Amerika

Diberitakan Channel News Asia, melalui pernyataan resminya, Bragg menhatakan bahwa pihaknya telah mengembalikan 30 benda bersejarah hasil curian dari Indonesia dan Kamboja yang dijual di Amerika.

Tiga benda bersejarah yang dikembalikan ke Jakarta, Indonesia adalah relief patung kerjaan dari tokoh Kerajaan Majapahit yang memimpin Nusantara pada abad 13-16.

Sementara 27 benda bersejarah lainnya akan dikembalikan ke Phnom Penh, Kamboja. Salah satu benda bersejarah yang dikembalikan adalah perunggu Dewa Siwa.

Sebelumnya, barang antik tersebut telah disita oleh pengadilan New York, Amerika pada 2023.

Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York, Winanto Adi mengucapkan terima kasih atas upaya pengembalian barang bersejarah milik Indonesia itu.

Dikutip dari Al Jazeera, hal tersebut merupakan hadiah berharga selama 75 tahun hubungan diplomatik Amerika dengan Indonesia.

Senada dengan Winanto, Duta Besar Kamboja untuk AS, Keo Chhea juga menyambut baik pengembalian artefak tersebut.

Baca juga: Tak Masuk dalam Daftar, Mengapa Manusia Jawa Belum Dikembalikan Belanda?

Pusat perdagangan barang antik

New York adalah pusat perdagangan barang antik hasil curian dari berbagai negara.

Beberapa karya hasil curian dan jarahan itu disimpan di museum bergengsi dan menjadi koleksi pribadi. Beberapa karya sudah disita oleh pengadilan New York, Amerika.

“Kami terus menyelidiki jaringan penyelundupan luas yang menargetkan barang antik Asia Tenggara,” kata Bragg, masih dari sumber yang sama.

Meski pelaku pencurian barang bersejarah, Kapoor, sudah ditangkap pada 2011 dan dijatuhi hukuman penjara, Bragg memastikan masih banyak hal yang perlu diselidiki.

Selama masa jabatannya, Bragg melalui Unit Perdagangan Barang Antik telah menemukan hampir 1.200 barang yang dicuri dari lebih dari 25 negara.

Nilai barang-barang antik itu sangat fantastis, yaitu mencapai 250 juta dollar AS atau sekitar Rp 4 triliun.

Baca juga: 6 Gua Paling Bersejarah di Dunia, Ada yang Berasal dari Abad Ke-4 Masehi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com