Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Rekam 2 Matahari di Mentawai, Ini Kata BMKG tentang Matahari Kembar

Kompas.com - 24/02/2024, 15:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial X dan Threads diramaikan dengan video yang menunjukkan dua matahari muncul di langit.

Menurut akun Threads @coretankertas, Sabtu (24/2/2024), fenomena tersebut terjadi di Mentawai, Sumatera Barat.

Sementara itu, berdasarkan video yang diunggah akun X @never_alonely, Kamis (22/2/2024), kemunculan dua matahari di Mentawai direkam oleh warga yang berada tidak jauh dari pantai.

Dalam video berdurasi sekitar satu menit, warga menyaksikan dua benda bercahaya terang di balik awan yang mereka sebut sebagai matahari.

"Penampakan matahari kembar tertangkap kamera hape netizen di Sumbar. Ga tau juga klo penjelasan sains nya gimana ini fenomena matahari ada dua," tulis akun @never_alonely.

Baca juga: Beredar Citra Pulau Jawa Tampak Merah pada Akhir Februari, Ada Potensi Cuaca Panas?


Tanggapan BMKG

Kepala Stasiun BMKG Padang Panjang Suaidi Ahadi menyatakan kemunculan dua matahari atau matahari kembar di Mentawai adalah sun dog atau fenomena optik di atmosfer.

"Kalau ditelusuri lewat media sosial yang meng-upload pertama ada di sini, tempat kejadian Pulau Masokut, Mentawai. Waktu Kamis pagi tanggal 22 Februari 2024," jelas Suaidi kepada Kompas.com, Sabtu (24/2/2024).

Suaidi memastikan bahwa fenomena matahari kembar di Mentawai tidak mengisyaratkan tanda alam apapun.

Baca juga: Februari Akan Berakhir, Kapan Indonesia Masuk Musim Kemarau?

Proses terjadinya fenomena matahari kembar

Terpisah, Kepala Stasiun BMKG Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan menyampaikan, kemunculan matahari kembar lazim disebut sebagai fenomena Parhelion.

"Fenomena sun dog biasa terjadi di Indonesia," jelas Desindra kepada Kompas.com, Sabtu.

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau Yudha Nugraha menambahkan, fenomena sun dog disebabkan pembiasan atau pemantulan sempurna sinar matahari oleh partikel kristal es awan pada lapisan atmosfer yang tinggi.

Kondisi tersebut menyebabkan sinar hasil pembiasan atau pemantulan tersebut berkumpul membentuk matahari semu baru.

"Fenomena tersebut umum terjadi, terutama pada saat musim peralihan dari kemarau atau hujan," kata Yudha saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Meski begitu, ia mengutarakan, hingga saat ini belum ada penelitian yang menyatakan fenomena sun dog sebagai indikasi kejadian bencana.

Hanya saja keberadaan partikel es atau awan yang menyebabkan menunjukkan bahwa kondisi atmosfer cenderung lembap.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan, Benarkah Indonesia Akan Alami Suhu Panas pada 27 Februari-4 Maret?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com