KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami gerhana Matahari total dan sebagian pada Kamis (20/4/2023).
"Gerhana Matahari dapat disaksikan di Indonesia pada 20 April 2023," ujar Andi Pangerang, peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikutip dari laman Lapan (2/1/2023).
"Sementara itu, gerhana Matahari cincin dapat disaksikan di Amerika Serikat, sebagian Amerika Tengah, Kolombia, dan Brasil pada 14 Oktober 2023 waktu setempat dan tidak dapat disaksikan di Indonesia," tambahnya.
Baca juga: Tata Cara Shalat Gerhana Matahari
Lantas, apa saja mitos gerhana Matahari yang beredar di masyarakat?
Berikut 5 mitos gerhana Matahari yang sering beredar di masyarakat:
Berikut penjelasan lebih lengkapnya:
Dikutip dari Live Science, cahaya pada gerhana Matahari memang berbahaya dan dapat merusak mata. Meskipun begitu, anggapan yang menyebutkan bahwa gerhana Matahari bisa menyebabkan kebutaan terlalu berlebihan.
Faktanya, melihat gerhana Matahari dengan mata telanjang dapat membuat seseorang mengalami solar retinopathy. Kondisi ini terjadi ketika cahaya yang terang dari matahari mengenai mata secara langsung.
Akibatnya, hal tersebut dapat membuat mata menjadi kabur dan sulit untuk melihat hal-hal secara detail. Meskipun respons alami manusia seharusnya akan cepat menghindar dan memalingkan wajah sebelum kerusakan parah terjadi.
Baca juga: Jadwal, Daerah, serta Dampak Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023
Mitos tersebut sering kali dikaitkan dengan adanya radiasi berbahaya bagi manusia selama gerhana Matahari total, terutama untuk bayi yang ada dalam kandungan.
Meski begitu, sains menunjukkan bahwa jauh di dalam Matahari terdapat partikel yang disebut neutrino yang meluncur tanpa hambatan ke luar angkasa.
Neutrino tersebut melewati benda padat selama gerhana dan sedetik kemudian mencapai Bumi. Setiap detik, tubuh manusia akan dihujani oleh triliunan neutrino tersebut.
Kemudian, satu-satunya konsekuensi adalah setiap beberapa menit terdapat beberapa atom dalam tubuh yang ditransmutasikan menjadi isotop yang berbeda dengan menyerap neutrino.
Baca juga: Ramai soal Gerhana Matahari Jadi Tanda Masuknya Bulan Syawal, Benarkah? Ini Kata Peneliti BRIN
Masih berkaitan dengan kesalahpahaman akan radiasi dari gerhana Matahari total.