Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibas Khawatir Indonesia Disebut Negara Gagal Tangani Covid-19, Pengamat Nilai Kritik Wajar

Kompas.com - 10/07/2021, 10:46 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas mengaku khawatir Indonesia disebut negara gagal karena tak mampu menyelamatkan rakyatnya dari pandemi Covid-19.

Pernyataan Ibas itu terkait dengan melonjaknya kasus Covid-19 dan tingginya angka kematian akibat virus corona tersebut.

Ibas mengatakan, Covid-19 kian mengganas. Banyak orang yang terpapar virus tersebut, bahkan hingga meninggal dunia.

"Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya," kata Ibas dalam keterangannya dilansir KompasNasional, Rabu (7/7/2021).

Baca juga: Rekam Jejak Akademis Ibas, Putra SBY yang Bergelar Doktor dari IPB

Ia menilai, pemerintah tampak tak berdaya menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua.

Salah satunya terkait kelangkaan tabung oksigen. Fakta itu, kata Ibas, menunjukkan bahwa pemerintah lemah dalam mengantisipasi penanganan Covid-19.

"Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat," kata Ibas.

Pengamat: Kritik wajar

Sementara itu, polemik kritikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang menyoroti penanganan Covid-19 di Indonesia menjadi pro dan kontra di masyarakat.

Namun Pengamat Politik dari Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) menyebut kritik Ibas adalah hal yang wajar.

"Bukannya kritik bagi Pemerintah Demokratis adalah sebuah mekanisme yang normatif termasuk juga kritikan mas Ibas kepada Pemerintah soal penanganan Covid-19 sesuatu yang wajar," ucap Herry Mendrofa, Direktur Eksekutif CISA melalui keterangannya yang disampaikan via WhatsApp, Sabtu (10/7/2021).

Menurut Herry, sebutan failed nation yang dilontarkan Ibas merupakan satir yang harus direspons sebagai evaluasi konstruktif bagi bangsa ini.

"Saya kira sudah jelas failed nation yang dilontarkan oleh Mas Ibas ke Jokowi itu merupakan satir yang konstruktif karena poin-poin kritikannya jelas seperti manajemen penanganan pandemi, kelangkaan oksigen hingga ketidaksiapan pemerintah saat lonjakan kasus yang signifikan," ungkapnya.

Baca juga: Raih Gelar Doktor IPB, Ibas: Perlu Infrastruktur dan Teknologi untuk Dukung Pariwisata

Lagipula Herry mengatakan bahwa Ibas telah menjalankan fungsinya sebagai Anggota Legislatif yang memiliki awareness bagi keberlangsungan negara di masa yang akan datang.

"Mas Ibas itu mengkritik untuk menjalankan fungsinya sebagai legislator sekaligus tipikal pemimpin masa depan yang memberikan warning bagi keberlangsungan negara di masa depan," jelas Herry.

Herry pun menyampaikan agar Pemerintah serius melakukan upaya menekan angka covid-19 melalui program dan kebijakan yang tepat.

"Pandemi ini terus naik karena kebijakan pemerintah ini kadang spekulatif dan cenderung eksperimentatif bagi rakyatnya. Sehingga Pemerintah dituntut membuat kebijakan yang tepat dan akurat," pungkasnya. (Sebagian sumber diambil dari KompasNasional/ Penulis: Nicholas Ryan Aditya | Editor: Krisandi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com