Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru soal Penyintas Covid-19 dan Potensi Kehilangan Jaringan Otak

Kompas.com - 21/06/2021, 11:50 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan, penyintas Covid-19 mungkin kehilangan jaringan otak dari waktu ke waktu.

Studi itu didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh UK Biobank. Sebagai catatan, penelitian ini belum menjalani peer review yang ketat.

Eksperimen jangka panjang yang melibatkan 782 sukarelawan tersebut membandingkan hasil pemindaian otak individu sebelum pandemi.

Untuk analogi antara pemindaian otak pra-pandemi dan pasca-pandemi, peneliti melibatkan 394 penyintas Covid-19 untuk kembali melakukan pemindaian lanjutan, serta 388 sukarelawan sehat.

Mengutip Reuters, sebagian besar penyintas Covid-19 hanya memiliki gejala ringan hingga sedang, atau tidak ada gejala sama sekali, sementara 15 lainnya dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Studi: Varian Delta Picu Kenaikan 50 Persen Kasus Covid-19 di Inggris

Di antara para penyintas Covid-19, para peneliti melihat hilangnya materi abu-abu "signifikan" di daerah otak yang terkait dengan penciuman dan pengecapan.

"Temuan kami dengan demikian secara konsisten berhubungan dengan hilangnya materi abu-abu di area korteks limbik yang secara langsung terkait dengan sistem penciuman dan pengecapan primer," demikian kata para penulis penelitian itu.

Materi abu-abu di otak kita adalah bagian dari sistem saraf pusat manusia yang pada dasarnya mengontrol semua fungsi otak.

Ini memungkinkan individu untuk mengontrol gerakan, memori, dan emosi, sehingga kelainan pada materi abu-abu otak dapat mempengaruhi keterampilan komunikasi dan sel-sel otak.

Studi ini juga menunjukkan bahwa hilangnya materi abu-abu di daerah yang berhubungan dengan memori otak, dapat meningkatkan risiko dimensia dalam jangka panjang.

Temuan ini mengikuti penelitian yang sebelumnya diterbitkan oleh jurnal Lancet Psychiatry tahun lalu.

Dalam studi itu, disebutkan bahwa infeksi serius Covid-19 dapat merusak otak yang menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti stroke atau gejala mirip demensia.

Baca juga: Studi Baru: Dua Suntikan Vaksin Sinopharm Efektif Lebih dari 70 Persen terhadap Covid-19

Para penulis mencatat, lebih banyak data diperlukan untuk menilai secara memadai efek Covid-19 pada kesehatan otak.

"Ada kebutuhan mendasar untuk informasi lebih lanjut tentang efek otak dari penyakit ini bahkan dalam bentuknya yang paling ringan," jelas penulis, dikutip dari Sceience Alert.

Mereka juga belum tahu apakah hilangnya materi abu-abu adalah akibat dari virus yang menyebar ke otak, atau efek lain dari penyakit tersebut.

Penting untuk dicatat, perubahan otak tersebut tidak terlihat pada kelompok yang tidak terinfeksi.

Para peneliti mengatakan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah penyintas Covid-19 akan memiliki masalah jangka panjang terkait kemampuan mereka untuk mengingat peristiwa yang membangkitkan emosi.

Baca juga: Studi: Gejala Langka Covid-19 pada Anak Sembuh dalam 6 Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Penangkapan DPO Caleg PKS di Aceh Tamiang, Diamankan Saat Belanja Pakaian

Kronologi Penangkapan DPO Caleg PKS di Aceh Tamiang, Diamankan Saat Belanja Pakaian

Tren
Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Tren
18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

Tren
Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Tren
4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

Tren
5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

Tren
Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Tren
Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tren
Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Tren
Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

[POPULER TREN] Taruna TNI Harus Pakai Seragam ke Mal dan Bioskop? | Apa Tugas Densus 88?

Tren
Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Berencana Tinggal di Bulan, Apa yang Akan Manusia Makan?

Tren
Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiannya Diikuti Ratusan Orang

Ustaz Asal Riau Jadi Penceramah Tetap di Masjid Nabawi, Kajiannya Diikuti Ratusan Orang

Tren
Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Gratis, Ini 3 Jenis Layanan yang Ditanggung BPJS Kesehatan Sesuai Perpres Terbaru

Tren
Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Respons Kemenkominfo soal Akun Media Sosial Kampus Jadi Sasaran Peretasan Judi Online

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com