Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Varian Delta Picu Kenaikan 50 Persen Kasus Covid-19 di Inggris

Kompas.com - 17/06/2021, 17:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyebaran cepat varian virus corona Delta telah mendorong peningkatan 50 persen infeksi virus corona di Inggris sejak Mei 2021.

Laporan itu berdasarkan hasil studi prevalensi besar yang dipimpin oleh Imperial College London pada Kamis (17/6/2021).

Pemerintah menyebutkan, data tersebut mendukung keputusan Johnson untuk mendorong kembali berakhirnya pembatasan Covid-19 di Inggris hingga 19 Juli 2021.

Alasannya adalah kekhawatiran akan ancaman varian Delta dan kebutuhan untuk memvaksinasi lebih banyak orang.

Baca juga: Gejala Terinfeksi Corona Varian Delta dan Alasan Mengapa Lebih Berbahaya

Melansir Reuters, putaran terakhir dari survei prevalensi REACT-1 yang dilakukan antara 20 Mei sampai 7 Juni menemukan prevalensi sebesar 0,15 persen dibandingkan 0,10 persen pada akhir April hingga awal Mei.

"Prevalensi meningkat secara eksponensial, didorong oleh usia yang lebih muda dan tampaknya berlipat ganda setiap 11 hari. Jelas, itu adalah berita buruk," kata profesor penyakit menular Imperial College, Steven Riley.

Studi ini adalah salah satu survei prevalensi terbesar di Inggris, dengan 109.000 sukarelawan diuji dalam putaran terakhirnya.

Riley menambahkan, tingkat vaksinasi yang tinggi di Inggris membuat sulit untuk memprediksi berapa lama pertumbuhan eksponensial itu akan berlangsung.

Sementara, peluncuran cepat dosis vaksin untuk kelompok usia yang lebih muda bisa memperlambatnya.

Lebih dari setengah populasi orang dewasa Inggris telah menerima dua dosis vaksin dan lebih dari tiga perempat orang dewasa telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.

Baca juga: INFOGRAFIK: Gejala Virus Corona Varian Alpha, Beta, dan Delta

Meskipun varian Delta terbukti secara substansial mengurangi efektivitas satu dosis vaksin terhadap infeksi ringan, bukti awal menunjukkan bahwa dua dosis masih memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah.

"Temuan ini menyoroti konteks nyata di mana kami mengambil keputusan sulit untuk menunda keluar dari penguncian," kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock.

Inggris sebelumnya berencana membuka sepenuhnya pembatasan pada 21 Juni 2021 setelah berbulan-bulan secara bertahap melonggarkan pembatasan.

Akan tetapi, Johnson menyebut peningkatan tajam dalam infeksi telah mendorong keputusan untuk fokus pada peningkatan vaksinasi.

"Pada bukti yang bisa saya lihat sekarang, saya yakin bahwa kita tidak akan membutuhkan lebih dari empat minggu dan tidak perlu melampaui 19 Juli," kata Johnson dalam konferensi pers.

Profesor epidemiologi genetika di King's College London, Tim Spector menyebutkan, gejala yang timbul akibat infeksi virus varian Delta terasa seperti flu yang parah.

"Covid sekarang berbeda, dia lebih menyerupai flu yang parah. Orang-orang mungkin berpikir hanya mengalami flu musiman dan mereka tetap pergi ke pesta, kami pikir ini masalah," kata Tim.

Tim juga menjelaskan beberapa gejala yang paling banyak dilaporkan oleh penderita Covid-19 varian Delta, yaitu sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.

Baca juga: Benarkah Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 karena Virus Corona Delta?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com