KOMPAS.com - Badai tropis tengah bermunculan dalam beberapa pekan terakhir. Selain Goni yang melanda Filipina pekan lalu, ada badai Eta yang menghantam sejumlah negara di Amerika Tengah sejak Selasa (3/11/2020).
Badai ini pertama kali menghantam Nikaragua dengan kecepatan 241 km/jam atau masuk dalam badai kategori 4, sebelum melemah menjadi depresi tropis yang menyebabkan hujan deras di wilayah Honduras dan Guatemala.
Selain mendatangkan angin kencang dan hujan deras, badai ini juga dilaporkan memakan lebih dari 100 korban jiwa di kawasan tersebut.
Dikutip dari Reuters, Jumat (6/11/2020), korban tewas di Amerika Tengah akibat badai ini melonjak. Pasukan militer Guatemala dikerahkan untuk penyelamatan di kawasan desa terpencil area pegunungan, tempat di mana hujan lebat dan tanah longsor terjadi.
Desa itu bernama Queja yang terletak di bagian tengah Alta Verapaz.
Baca juga: Setelah Diterjang Topan Goni, Filipina Dilewati Badai Atsani
Juru bicara militer Guatemala, Ruben Tellez, melaporkan data awal ada 100 orang tewas dari desa yang hancur itu dan sekitar 150 rumah tertimbun material longsoran.
Dari foto-foto yang beredar, bukit hijau yang ada di desa itu longsor dan memuntahkan tanah lumpur berwarna cokelat.
Di wilayah lain, masih di Guatemala, banyak perahu-perahu penyelamat membawa penduduk yang terjebak banjir.
Petugas penyelamat pun tampak sibuk menggendong anak-anak di punggung mereka melintasi banjir yang setinggi pinggul orang dewasa.
Menyikapi kondisi bencana itu, Presiden Guatemala Alejandro Giammattei memperkirakan jumlah korban tewas bisa melonjak lebih tinggi lagi.
Khusus untuk warga yang hilang di Desa Queja, Giammattei memperkirakan jumlahnya bisa lebih dari 150 orang.
Operasi penyelamatan yang dilakukan oleh pihak Honduras dan Guatemala juga terhambat cuaca buruk yang masih terjadi, serta rusaknya jalan dan jembatan akibat bencana hidrometeorologi.
Baca juga: BMKG Prediksi Ada Siklon Tropis Kuat Lintasi Laut China Selatan, Apa Dampaknya?
Oleh karena itu, petugas tidak punya pilihan lain selain mengoperasikan helikopter dan kapal cepat untuk menyelammatkan warga yang terjebak di atap rumah akibat banjir.
"Kami memiliki banyak warga yang terjebak yang belum dapat kami jangkau,” kata dia.
Disebutkan, sekitar 4.000 orang telah berhasil diselamatkan, namun masih banyak warga lain yang terjebak di atap rumah mereka dan tidak memiliki stok makanan.