KOMPAS.com - Sebuah lubang misterius dengan lebar mencapai 20 meter ditemukan di tundra Siberia, Rusia.
Peneliti belum dapat memastikan bagaimana lubang besar ini dapat terbentuk.
Melansir Science Alert, sebelumnya, ilmuwan juga mengidentifikasi sebuah lubang "kawah" dengan kedalaman 50 meter sebagaimana diberitakan The Siberian Times, 29 Agustus 2020 lalu.
Lubang tersebut bukanlah lubang pertama yang diidentifikasi di wilayah tersebut.
Tidak jelas bagaimana lubang tersebut terbentuk dan berbagai teori sempat muncul.
A giant new 50-meter deep 'crater' opens up in Arctic tundra. The recently-formed new hole or funnel is just the latest to be seen in northern Siberia since the phenomenon was first registered in 2014 [read more: https://t.co/ai4dRjh9r3] pic.twitter.com/Oa928qvP80
— Massimo (@Rainmaker1973) September 1, 2020
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Meteorit Sikhote-Alin Jatuh di Siberia, Rusia
Teori awal mulai menyebar saat kawah pertama ditemukan di dekat tambang minyak dan gas di semenanjung Yamal, barat laut Siberia.
Termasuk juga disebut sebagai dampak dari meteorit, UFO, hingga ruang penyimpanan bawah tanah.
Meskipun kini para ilmuwan meyakini bahwa lubang besar tersebut berhubungan dengan penumpukan gas metana yang eksplosif, masih ada banyak hal yang belum bisa dipastikan.
"Hingga kini belum ada teori yang dapat menjelaskan bagaimana fenomena kompleks ini terbentuk," kata ilmuwan peneliti di Skolkovo Institute of Science and Technology's Center for Hydrocarbon Recovery yang telah mengunjungi lokasi, Evgeny Chuvilin sebagaimana dikutip CNN, Jumat (4/9/2020).
Menurut Chuvilin, ada kemungkinan bahwa lubang-lubang tersebut telah terbentuk selama bertahun-tahun. Akan tetapi, sulit untuk memperkirakan jumlahnya.
Baca juga: Bola Cahaya Terlihat di Langit Siberia, Benarkah Kapal Alien?
Para ilmuwan mengambil sampel tanah permafrost hingga es dari tepi salah satu lubang yang dikenal sebagai kawah Erkuta pada kunjungan lapangan tahun 2017.
Kemudian, para peneliti melakukan pengamatan kembali melalui drone enam bulan setelahnya
"Masalah utama dengan kawah-kawah ini adalah bagaimana mereka sangat cepat, secara geologis, terbentuk, dan kemudian berubah menjadi danau," kata Chuvilin.
Hasil penelitian yang dipublikasikan Juni lalu menunjukkan, gas-gas, kebanyakan metan, dapat terakumulasi di lapisan paling atas permafrost dari berbagai sumber.
Akumulasi dari gas-gas ini dapat menciptakan tekanan yang cukup kuat untuk meledakkan lapisan teratas dari tanah yang membeku, menghamburkan bumi dan batu, serta membentuk kawah.