Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: 710 Juta Ton Sampah Plastik Akan Menumpuk di Bumi pada 2040

Kompas.com - 03/08/2020, 09:04 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Sebuah penelitian terbaru memperkirakan 710 juta ton sampah plastik akan mencemari lingkungan pada tahun 2040.

Mengutip CNN, Kamis (23/7/2020), hal tersebut diperkirakan akan terjadi meski sudah dibarengi upaya pengurangan plastik sekali pakai secara global.

Namun, dalam skenario terbaik penelitian, jumlah sampah plastik juga dapat berkurang hingga sebesar 80 persen pada tahun 2040.

Studi ini dilakukan sekelompok peneliti internasional dan diterbitkan dalam jurnal Science.

"Jika kita tak melakukan apa pun, masalah sampah plastik jadi semakin tak terkendali. Jadi berdiam diri bukanlah pilihan," kata Dr. Winnie Lau, salah satu penulis studi ini sekaligus Manajer Senior Pew's Preventing Ocean Plastics.

Baca juga: Karena Defisit hingga Pandemi, Wajah Metropolitan New York City Kini Dihiasi Tumpukan Sampah

Lau mengungkapkan saat ini sudah jutaan ton plastik mencemari lautan setiap tahun. Mikroplastik termakan ikan dan makhluk laut lainnya.

Terburuknya, partikel plastik telah ditemukan di tanah wilayah paling terpencil di bumi, seperti Antartika.

Sementara itu, sistem pengelolaan limbah plastik untuk membuang atau mendaur ulang sampah plastik di seluruh negara kapasitasnya tidak mumpuni.

Kemudian, Lauu menjelaskan, teridentifikasi adanya pengelolaan limbah yang tidak semestinya. Ini bukan masalah memiliki kapasitas daur ulang, ruang TPA, atau insinerator.

Baca juga: Sampah Masker, Sarung Tangan, dan Botol Disinfektan Cemari Selat Bosporus

Oleh sebab itu, dalam studi ini, para peneliti mencari solusi untuk mengatasi polusi plastik.

Mereka menciptakan model yang memetakan seluruh sistem plastik global, dari produksi hingga menjadi limbah. Setidaknya ada lima skenario perkiraan pengurangan polusi plastik antara tahun 2016 dan 2040.

Akan tetapi, mereka tak menemukan solusi yang dapat mengurangi sampah plastik global, tanpa keterlibatan semua orang.

Para peneliti menyatakan, untuk menghindari adanya penumpukan sampah plastik 710 juta ton atau lebih besar pada 2040, harus ada koordinasi di tingkat global.

Berarti, semua manusia harus mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang hingga membuang ke tempat yang aman.

Setiap orang harus melakukan bagian dalam mengatasi sampah plastik.

Baca juga: Menyulap Sampah Puntung Rokok Jadi Kursi, Apa Bisa?

Menurut Lau, manusia memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa digunakan untuk membuat perubahan besar terkait sampah plastik global.

Para peneliti menemukan peningkatan upaya global bisa mengurangi polusi plastik hingga level 40 persen pada tahun 2016 atau 78 persen pada tahun 2040.

Lebih lanjut, Lau mengungkapkan perlu adanya perubahan dari pembuatan plastik, pra-konsumsi, dan setelah digunakan (daur ulang dan penggunaan kembali), untuk menghentikan penyebaran polusi plastik ke lingkungan.

"Ada peran untuk semua orang dan setiap sektor. Kami bisa menyelesaikan masalah sampah plastik ini jika semua orang melakukan apa yang perlu mereka lakukan," kata Lau.

Baca juga: Selain Jadi Bahan Bakar Pabrik Tahu, 4 Cara Lain Kelola Sampah Plastik


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com