Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Risiko Penyebaran Virus Corona di Angkutan Umum? Ini Penjelasannya...

Kompas.com - 11/03/2020, 07:00 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus corona telah menyebar ke lebih dari 90 negara, di mana sejauh ini dilaporkan sebanyak 116.152 kasus positif terpapar virus corona.

Penyebaran virus ini yang sangat cepat membuat beberapa pemerintah negara tertentu membatasi perjalanan sementara.

Beberapa pelancong pun secara sendirinya mengambil tindakan pencegahan dengan membatalkan perjalanan.

Meski begitu, masih ada pula yang tetap bepergian dengan segala risikonya terutama saat menggunakan transportasi umum.

Lantas, amankah penumpang yang menggunakan angkutan umum baik jalur darat, udara, dan air?

Kendaraan umum

Meskipun telah menyebar hingga lintas benua, namun belum diketahui secara pasti bagaimana corona virus menyebar.

Namun, diyakini virus yang sama dapat diperoleh dari menghirup tetesan batuk atau bersin orang yang terinfeksi atau menyentuh permukaan yang telah tekontaminasi.

Terdapat pemikiran bahwa virus corona mungkin tidak berkeliaran di udara dengan cara yang sama seperti flu.

Sehingga diperlukan berhubungan lebih dekat satu sama lain dalam transmisinya.

Baca juga: Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Persepsi Publik pada Virus Corona?

Dikutip dari BBC, National Health Service atau program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya menyebut kontak selama lebih dari 15 menit dan berada dalam jarak 2 meter dari orang yang terinfeksi memiliki potensi risiko.

Terlebih apabila kontak terjadi di kereta api dan bus tergantung, atau pada seberapa ramai kendaraan umum ini.

Misalnya di London Underground, di mana ada kepadatan sangat tinggi dari orang yang berkerumun di masing-masing gerbong.

Sebelumnya telah diteliti hubungan antara perjalanan dan kemungkinan terkena penyakit pernapasan.

Kereta

Dr Lara Gosce di Institute of Global Health mengatakan, penelitiannya yang diterbitkan pada tahun 2018 menunjukkan bahwa orang yang menggunakan Undergrown atau kereta bawah tanah secara teratur lebih mungkin menderita gejala seperti flu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com