Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Korban Konflik Sampit

Kompas.com - 15/01/2024, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Pada 18 Februari 2001, terjadi tragedi antaretnis di Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Peristiwa tersebut dikenal sebagai Konflik Sampit, Perang Sampit 2001, atau Tragedi 18 Februari 2001.

Tragedi Sampit 2001 melibatkan suku Dayak dengan warga pendatang keturunan Madura.

Malapetaka di Sampit meluas ke beberapa kota/kabupaten di Kalimantan Tengah, hingga menimbulkan dampak berkepanjangan.

Selain korban jiwa, korban Konflik Sampit banyak yang harus kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan menderita masalah psikologis.

Berapa jumlah korban Perang Sampit?

Baca juga: Konflik Sampit: Latar Belakang, Konflik, dan Penyelesaian

Kronologi Konflik Sampit

Kronologi Konflik Sampit dijelaskan Abdul Rachman Patji dalam "Tragedi Sampit 2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re)konstruksi)" yang diterbitkan dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya pada 2003.

Berdasarkan hasil wawancara Patji bersama sejumlah informan, terungkap penyebab Konflik Sampit hingga siapa saja yang terlibat dalam Perang Sampit dan kerugian yang ditimbulkan dari Konflik Sampit.

Sempat ramai dibincangkan bahwa tragedi Sampit disebabkan oleh orang Dayak di Sampit yang cemburu terhadap kesuksesan usaha para pendatang dari Madura.

Hal tersebut ditampik oleh HC, tokoh masyarakat Dayak yang terlibat dalam usaha rekonsiliasi dan upaya perdamaian akibat Konflik Sampit.

Menurut HC, meski banyak orang Madura yang sukses dalam berbisnis, di bidang ekonomi masih lebih banyak orang Tionghoa yang jauh lebih berhasil, sehingga bukan itu penyebabnya.

Menurutnya, penyebab Konflik Sampit adalah benturan budaya, bukan kecemburuan sosial.

Sebelum tragedi terjadi, diperkirakan ada sekitar 75.000 orang keturunan Madura di Sampit.

Baca juga: Tragedi Sampit: Konflik Berdarah antara Suku Dayak dan Madura

Kotawaringin Timur (Kotim) memang menjadi wilayah konsentrasi orang Madura terbanyak, sejak program transmigrasi ke Kalimantan Tengah yang dicanangkan pemerintah kolonial Belanda pada 1930.

Masalahnya, orang Madura tidak menghargai kebudayaan dan adat istiadat masyarakat lokal, dalam hal ini suku Dayak sebagai penduduk asli Kalimantan Tengah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com