Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jumlah Korban Konflik Sampit

Peristiwa tersebut dikenal sebagai Konflik Sampit, Perang Sampit 2001, atau Tragedi 18 Februari 2001.

Tragedi Sampit 2001 melibatkan suku Dayak dengan warga pendatang keturunan Madura.

Malapetaka di Sampit meluas ke beberapa kota/kabupaten di Kalimantan Tengah, hingga menimbulkan dampak berkepanjangan.

Selain korban jiwa, korban Konflik Sampit banyak yang harus kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan menderita masalah psikologis.

Berapa jumlah korban Perang Sampit?

Kronologi Konflik Sampit

Kronologi Konflik Sampit dijelaskan Abdul Rachman Patji dalam "Tragedi Sampit 2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re)konstruksi)" yang diterbitkan dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya pada 2003.

Berdasarkan hasil wawancara Patji bersama sejumlah informan, terungkap penyebab Konflik Sampit hingga siapa saja yang terlibat dalam Perang Sampit dan kerugian yang ditimbulkan dari Konflik Sampit.

Sempat ramai dibincangkan bahwa tragedi Sampit disebabkan oleh orang Dayak di Sampit yang cemburu terhadap kesuksesan usaha para pendatang dari Madura.

Hal tersebut ditampik oleh HC, tokoh masyarakat Dayak yang terlibat dalam usaha rekonsiliasi dan upaya perdamaian akibat Konflik Sampit.

Menurut HC, meski banyak orang Madura yang sukses dalam berbisnis, di bidang ekonomi masih lebih banyak orang Tionghoa yang jauh lebih berhasil, sehingga bukan itu penyebabnya.

Menurutnya, penyebab Konflik Sampit adalah benturan budaya, bukan kecemburuan sosial.

Sebelum tragedi terjadi, diperkirakan ada sekitar 75.000 orang keturunan Madura di Sampit.

Kotawaringin Timur (Kotim) memang menjadi wilayah konsentrasi orang Madura terbanyak, sejak program transmigrasi ke Kalimantan Tengah yang dicanangkan pemerintah kolonial Belanda pada 1930.

Masalahnya, orang Madura tidak menghargai kebudayaan dan adat istiadat masyarakat lokal, dalam hal ini suku Dayak sebagai penduduk asli Kalimantan Tengah.

Diduga, karena jumlah warganya cukup besar, orang-orang Madura merasa berpengaruh dan "menguasai" Sampit.

Mereka bahkan pernah melakukan pawai keliling Kota Sampit dengan membawa senjata tajam berupa celurit, dan spanduk bertuliskan "Selamat Datang di Sampang II", seakan mendeklarasikan Sampit sebagai Sampang II (Sampang berada di Pulau Madura).

Orang Madura di Sampit juga melakukan pembakaran dan pembunuhan terhadap masyarakat Dayak.

Menurut beberapa informan penelitian Patji, aksi tersebut adalah pembalasan terhadap perlakuan sama yang sebelumnya dilakukan oleh masyarakat Dayak terhadap orang Madura.

Pasalnya, konflik suku Dayak vs Madura di Sampit yang berakibat pada timbulnya korban meninggal memang sudah sering terjadi sejak beberapa tahun sebelumnya.

Ketiadaan sanksi tegas serta penyelesaian yang adil bagi kedua belah pihak, pada akhirnya menjadi bom waktu yang meletus menjadi Tragedi Sampit pada 18 Februari 2001.

Melansir Kompas Tren, Konflik Sampit 2001 diawali dengan pembakaran salah satu rumah milik orang Dayak di Jalan Padat Karya pada Minggu (18/2/2001) dini hari.

Muncul dugaan bahwa pembakaran rumah tersebut dilakukan oleh orang Madura. Orang Dayak kemudian melakukan aksi balas dendam, yang menyebabkan 1 orang Dayak dan 1 orang Madura tewas.

Kerusuhan selanjutnya pecah ke Jalan Tidar, sekitar 500 meter dari Jalan Padat Karya, yang dihuni lebih banyak orang Madura.

Aksi pembakaran rumah kembali terjadi, yang mengakibatkan 3 penghuni rumah menjadi korban tewas sementara 1 orang meninggal karena terkena senjata tajam.

Konflik Sampit juga diwarnai dengan ngayau, yakni pemenggalan kepala orang-orang Madura lalu mayat tanpa kepala dibiarkan bergelimpangan di jalan.

Situasi mencekam di Sampit membuat warga berhamburan, ada yang bersembunyi dan ada pula yang mengungsi ke luar daerah.

Itulah yang menyebabkan konflik meluas ke Kota Palangka Raya, ibu kota dari Provinsi Kalimantan Tengah, hingga memaksa pasar, sekolah, dan kantor-kantor pemerintah berhenti beroperasi.

Pada 19 Februari 2001, Pemerintah Kota Sampit menggelar pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat, untuk mencari solusi supaya Palangka Raya tidak mengalami nasib sama seperti Sampit.

Saat itu, berkembang pula kabar bahwa pihak keamanan di Sampit menahan 38orang Dayak yang diduga terlibat kerusuhan.

Penahanan berujung pada protes yang dilayangkan orang Dayak dengan menggelar unjuk rasa pada 21 Feruari 2001.

Mereka meminta Kapolda Kalimantan Tengah untuk membebaskan para tahanan.

Jumlah korban Perang Sampit 2001

Konflik Sampit memang masih menyisakan banyak pertanyaan, salah satunya terkait jumlah korban.

Dari data Yayasan Denny JA dan LSI Community dalam buku Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori, dan Solusi, jumlah korban Konflik Sampit yang meninggal mencapai 469 orang, sementara 108.000 orang terpaksa mengungsi.

Di samping itu, terdapat 192 rumah dibakar, 748 rumah dirusak, 16 mobil dan 43 sepeda motor hancur.

Ada pula yang mencatat bahwa dalam waktu satu minggu jumlah korban tewas dari etnis Madura dalam Perang Sampit mencapai 315 orang.

Di Palangka Raya, sampai tanggal 31 Maret 2001, berdasarkan laporan Pemerintah Kota Palangka Raya, korban kerusuhan sebanyak 7 orang, belum termasuk ditemukannya kepala manusia tanpa identitas di Betang Mandala Palangka Raya dan mayat tanpa kepala di Jalan Adonis Samad, Panarung.

Kerugian lain akibat kerusuhan antaretnis Dayak dan Madura di Palangka Raya adalah sebagai berikut.

  • Bangunan yang dibakar/dirusak 1.012 buah
  • Kendaraan yang dirusak sebanyak 215 buah (terdiri dari 5 bus/truk, 7 kendaraan roda empat, 2 sepeda motor, dan 201 becak
  • Korban jiwa 14 orang (terdiri dari 9 orang pendatang, 4 warga lokal, 1 anggota Polri)
  • Terdapat 8 korban luka-luka (terdiri dari 5 warga lokal dan 3 anggota Polri)
  • Data pengungsi mencatat adanya 9.300 masyarakat lokal dan 876 orang Madura

Selain itu, tidak sedikit masyarakat keturunan Madura yang lahir dan menjalani sepanjang hidupnya di Kalimantan Tengah, yang diusir ke luar daerah akibat Konflik Sampit 2001.

Referensi:

  • Patji, Abdul Rachman. (2003). Tragedi Sampit 2001 dan Imbasnya ke Palangka Raya (Dari Konflik ke (Re)konstruksi). Jurnal Masyarakat dan Budaya, 5 (2): 14-34.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/01/15/180000879/jumlah-korban-konflik-sampit

Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke