Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

"Noblesse Oblige"

Kompas.com - 29/10/2023, 15:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KIRA-kira sepuluh tahun lalu, saya berendam di pemandian air panas (onsen) alam terbuka, lokasinya di pedalaman Prefektur Nagano, Jepang.

Pemandian berukuran luas, ditambah pemandangan pegunungan sekitar dan sungai mengalir di dekatnya, merupakan magnet yang membuat lokasi ini banyak dikunjungi orang.

Dua tahun sebelum pandemi, saya kembali ke sana. Namun keadaan sudah jauh berubah. Kolam menjadi kecil dan nampak tidak terawat.

Saya sempat masuk ke onsen, namun tak berlama-lama seperti biasa karena tidak dapat menikmati suasana.

Sebelum meninggalkan tempat, sempat bercakap-cakap dengan dua orang yang baru tiba. Mereka ternyata sering kesini sejak lama, karena tinggal dekat dari lokasi.

Mereka juga paham bahwa keadaan onsen sudah jauh berbeda. Akan tetapi, mereka berkata tetap menikmatinya, dengan perasaan tak berubah semenjak pertama kali menikmati pemandian air panas puluhan tahun lalu.

Dengan cerita ini saya ingin mengatakan bahwa persepsi orang terhadap hal sama, bisa saja berbeda.

Saya yang baru dua kali kesana merasa kecewa dengan keadaan pemandian air panas sekarang. Dua orang yang saya temui ternyata punya perasaan berbeda.

Begitu juga dengan dapur orang. Kita tidak mampu mengetahui keadaan sebenarnya. Baik itu dapur organisasi, dapur partai, apalagi dapur presiden, misalnya.

Orang bisa saja mencium bau gorengan ikan ketika berada di komplek perumahan. Akan tetapi, sulit untuk mengetahui dengan pasti, dapur (rumah) mana yang menggoreng ikan.

Suhu politik di Indonesia mulai memanas, apalagi setelah pengumuman capres dan cawapres. Saya ingin nimbrung pada topik yang ramai dibicarakan masyarakat, meskipun masih ingusan dalam urusan politik.

Alasan keinginan urun rembuk, karena ada yang bilang kalau tidak suka, ya tidak usah dipilih. Pendapat saya, masalahnya bukan di situ. Ucapan itu justru mengaburkan esensi persoalan.

Dari polemik yang ada, saya ingin ambil dua contoh saja, yaitu mengenai dinasti dan umur muda.

Mari kita ulas polemik pertama. Berbicara tentang dinasti, kita tahu ini terjadi bukan hanya di Indonesia. Di Jepang pun biasa terjadi.

Contohnya, almarhum Abe Shinzo, mempunyai kakek Kishi Nobusuke yang menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang ke-56 dan 57.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com