KOMPAS.com - Meskipun Indonesia sudah merdeka pada 17 Agustus 1945, perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan masih terus berlangsung hingga 1949.
Pascaproklamasi, Indonesia masih terus diserang oleh Belanda melalui Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948).
Dalam menghadapi Agresi Militer Belanda, Indonesia dibantu oleh sejumlah negara di dunia, salah satunya adalah Amerika Serikat.
Baca juga: Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II
Komisi Tiga Negara (KTN) atau dikenal juga sebagai Komisi Kantor Baik dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 26 Agustus 1947.
Tujuan dibentuknya KTN adalah untuk melerai konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda pada Agresi Militer Belanda.
Selain Amerika Serikat, ada dua negara lain yang juga tergabung dalam KTN, yaitu Australia dan Belgia.
Amerika Serikat sendiri dapat dikatakan sebagai negara pelopor terbentuknya KTN.
Sebab, pada 25 Agustus 1947, Amerika Serikat memberi usulan yang berisi tawaran “jasa baik” kepada Indonesia dan Belanda dalam rangka menyelesaikan konflik mereka dalam Agresi Militer Belanda.
Isi tawaran tersebut adalah dibentuknya suatu komisi yang terdiri dari tiga anggota dewan, dua di antaranya dipilih oleh masing-masing pihak dan anggota ketiga ditentukan oleh dua anggota yang sudah terpilih.
Sejak saat itu, terbentuklah Komisi Tiga Negara atau Komisi Kantor Baik.
Bergabungnya Amerika Serikat dalam KTN sendiri karena dipilih oleh dua negara terpilih, yaitu Australia dan Belgia.
Sesuai dengan hasil pertemuan di Sydney, Australia pada 20 Oktober 1947, tugas KTN adalah:
Baca juga: Komisi Tiga Negara: Latar Belakang, Anggota, dan Tugas
Agresi Militer Belanda II atau disebut juga Operasi Kraai (Operasi Gagak) adalah serangan militer Belanda terhadap Indonesia secara de facto yang terjadi pada Desember 1948.
Tepatnya, tanggal 18 Desember 1948, Panglima Tentara Belanda di Hindia Belanda Jenderal Spoor menginstruksikan seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk melakukan penyerangan.
Pada Minggu pagi, 19 Desember 1948, Belanda mulai menyerang Yogyakarta yang saat itu dijadikan ibu kota sementara Indonesia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya