Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Pahlawan dari Sulawesi Selatan

Kompas.com - 24/06/2023, 08:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia memiliki rentang sejarah yang panjang hingga akhirnya tercapai sebuah kemerdekaan tahun 1945.

Upaya mewujudkan kemerdekaan tersebut melalui berbagai cara dan peristiwa yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh sebagai pahlawan.

Meskipun aktivitas memerdekakan Indonesia berpusat di Jawa, banyak pula tokoh terlibat yang berasal dari luar Jawa semisal dari Sulawesi Selatan. Berikut 5 Pahlawan dari Sulawesi.

Baca juga: Profil 5 Pahlawan Nasional Baru di Tahun 2022, Siapa Saja?

Sultan Hasanuddin (1631-1670)

Sultan Hasanuddin memiliki nama asli I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.

Ia merupakan putra kedua dari Raja Malikussaid yang merupakan Raja Gowa yang ke 15.
Sultan Hasanuddin diangkat menjadi Raja Gowa ke 16 ketika usia 24 tahun dengan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana.

Selama ia memimpin, banyak peristiwa peperangan yang terjadi antara Gowa dan Belanda karena penolakan Gowa bekerjasama dengan Belanda.

Karena kegigihannya melawan Belanda, pihak kolonial pun menjulukinya "de Haav van de Oesten" yang berarti Ayam Jantan dari Timur.

Baca juga: Biografi Sultan Hasanuddin: Ayam Jantan dari Timur yang Tak Pernah Tunduk Pada Belanda

Syekh Yusuf Tajul Khalwati (1626-1699)

Syekh Yusuf Tajul Khalwati memiliki nama kecil Muhammad Yusuf yang diberikan oleh Sultan Alauddin Makassar.

Ia merupakan anak seorang bangsawan Makassar yang memiliki tali kekerabatan dengan Sultan Gowa, Sultan Banten, dan Sultan Bone.

Selain menyebarkan agama di Makassar, ia juga turut terlibat sebagai penggerak dalam beberapa pertempuran dengan kolonial Belanda.

Perjuangan mulai melemah ketika ia ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke berbagai daerah hingga ke Afrika Selatan. Ia digelari Pahlawan Nasional pada 1995.

Baca juga: Syekh Yusuf: Asal Usul, Perjuangan, dan Pengasingan

La Maddukelleng (1700-1765)

La Maddukelleng merupakan seorang ksatria dari Wajo yang diangkat menjadi Arung Matowa Wajo XXXIV pada tahun 1736.

Ia dilahirkan di Wajo, namun setelah usianya 9 tahun, terjadi keributan antara dirinya dan anak Raja Bone yang membuat dirinya harus pergi ke Paser, Kalimantan.

Kepulangannya ke Wajo bermula ketika ia mendapat kabar bahwa tanah kelahirannya telah dikuasai Belanda dan rakyatnya semakin sengsara.

Kiprahnya sangat besar terhadap rakyat Wajo dan sekitarnya karena telah membebaskan kawasan itu dari kekuasaan Belanda. Ia kemudian digelari Pahlawan Nasional pada 1998.

Baca juga: Ranggong Daeng Romo: Peran, Perjuangan, dan Akhir Hidup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com