KOMPAS.com - Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam berpengaruh di Pulau Jawa.
Kerajaan yang didirikan pada abad ke-16 ini berpusat di sekitar Teluk Banten, yang sangat strategis dalam mendukung kehidupan perekonomian kerajaan.
Bahkan karena kesuksesan kehidupan ekonominya, Kerajaan Banten menjadi incaran VOC.
Bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan Banten?
Baca juga: Kemunduran Kesultanan Banten
Nama Banten telah disebut-sebut dalam sumber-sumber China dari awal bad ke-15, sebagai pelabuhan penting yang masuk dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional.
Itulah mengapa dalam kehidupan perekonomian Kerajaan Banten bertumpu pada perdagangan.
Ketika Kerajaan Banten didirikan, Malaka telah jatuh ke tangan bangsa Portugis.
Dengan penguasaan Malaka oleh Portugis, Banten semakin berarti bagi pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Sunda.
Pasalnya, Portugis telah memonopoli perdagangan di Malaka dan mengenakan pajak yang sangat tinggi bagi pedagang Muslim yang melalui Selat Malaka, sehingga aktivitas perdagangan dan pelayaran berpindah ke Banten.
Sejak itu, kehidupan ekonomi Kerajaan Banten semakin berkembang karena pelabuhannya banyak dikunjungi oleh pedagang asing dari Iran, India, Arab, China, dan sebagainya.
Dari pelabuhannya, berbagai sumber daya yang dihasilkan di berbagai wilayah kekuasaan Kerajaan Banten dialirkan ke penjuru dunia.
Baca juga: Kerajaan Banten: Sejarah, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan
Raja pertama Banten, Sultan Maulana Hasanuddin, diketahui memperluas kekuasaannya ke Lampung, daerah penghasil lada.
Lada merupakan komoditas utama Kerajaan Banten, yang menjadi primadona dalam dunia perdagangan internasional.
Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad (1580-1596), Kerajaan Banten melancarkan serangan terhadap Palembang yang juga dilatarbelakangi oleh motif ekonomi.
Selain lada dan beras, daerah pedalaman Banten mengembangkan produksi pertanian dan tebu.