KOMPAS.com - Saat ini dunia kedokteran sudah berkembang pesat sehingga memungkinkan untuk melakukan pengobatan dan pembedahan yang lebih invasif.
Namun sebelum itu semua bisa terjadi, kira-kira bagaimana orang di masa lalu mempelajari anatomi tubuh manusia?
Baca juga: Anatomi Tulang Rusuk Manusia
Sebuah makalah baru menawarkan beberapa perpektif tentang berbagai aktivitas dan pengalaman orang-orang zaman dahulu yang memberikan mereka wawasan mengenai tubuh.
Menurut makalah yang merupakan disertasi Phd Grzegorz Wysiadecki ini, selama berabad-abad, pengamatan yang awalnya sederhana dan biasa terhadap manusia dan hewan ini telah terakumulasi menjadi kumpulan pengetahuan formal.
Dari situ penulis berpendapat bahwa ada lima jenis peluang yang memungkinkan orang zaman dahulu mulai mengamati anatomi.
Mengutip IFL Science, Kamis (21/3/2024) lima hal itu di antaranya adalah saat menyiapkan hewan untuk dimakan, penggunaan isi perut hewan untuk ritual magis dan ramalan, pemanfaatan hewan untuk kurban upacara keagamaan, proses pembalseman dan pengamatan luka parah pada tubuh orang yang terluka.
Mari kita bahas lebih mendetail.
Baca juga: Bagaimana Nenek Moyang Manusia Memanen Hazelnut, Studi Ungkap
Orang Babilonia percaya bahwa petunjuk tentang tatanan kosmik dapat diperoleh dengan memeriksa tanda-tanda tersembunyi.
Salah satu sumber tersebut adalah isi perut hewan.
Penggunaan organ hewan untuk ramalan ini pun dianggap sebagai contoh pertama untuk mempelajari anatomi tubuh.
Misalnya, orang Babilonia percaya bahwa hati adalah organ yang sangat penting untuk ramalan karena dianggap sebagai tempat kedudukan jiwa dan titik di mana aktivitas emosional dan mental berlangsung.
Maka mereka akan mencari hati domba untuk membuat ramalan yang tidak hanya mengharuskan para pendeta mengetahui di mana organ itu berada, tetapi juga berarti mereka menjadi sangat paham dengan bentuk, ukuran, dan detailnya.
Lalu, ketika kita memikirkan tentang pengawetan jenazah kuno, banyak yang langsung berpikir tentang mumi Mesir.
Asal muasal praktik ini masih belum jelas namun motivasinya sudah diketahui.
Menurut orang Mesir kuno, bagian jiwa tinggal di dunia orang mati setelah kematian selama tubuh mereka masih terawetkan.