Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronot Kerap Alami "Sakit Kepala Luar Angkasa", Kondisi Apa Itu?

Kompas.com - 23/03/2024, 06:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Penerbangan luar angkasa kerap memusingkan para astronot. Sejak program Apollo diluncurkan, para astronot telah melaporkan pengalaman sakit kepala selama menjalankan misi dalam gaya gravitasi mikro.

Tampaknya, ada sesuatu dari perjalanan luar angkasa yang bisa memicu gejala seperti migrain, termasuk nyeri kepala, kepekaan terhadap cahaya, dan mual.

Namun, laporan-laporan tersebut sebagian besar bersifat anekdot. Kini, sebuah studi baru, yang diterbitkan di Neurology pada 13 Maret 2024, menunjukkan bahwa "sakit kepala luar angkasa" merupakan fenomena misterius yang, sebenarnya, cukup umum.

Para peneliti studi tersebut menganalisis data dari 24 astronot yang menyimpan catatan selama ekspedisi luar angkasa selama beberapa minggu, serta data kesehatan retrospektif dari 42 astronot yang melakukan misi luar angkasa.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa dalam tujuh hari pertama setelah meninggalkan Bumi, sakit kepala bukan sekadar ketidaknyamanan yang terjadi sesekali saja, melainkan hal yang biasa.

Baca juga: China Akan Luncurkan Roket Guna Ulang untuk Kirim Astronot ke Bulan

Menurut Ron van Oosterhout, peneliti dan ahli saraf di Leiden University Medical Center, Belanda, hampir setiap orang yang disurvei menderita sakit kepala pada minggu pertama di luar angkasa.

Prevalensi yang tinggi ini masuk akal bagi para peneliti. Pasalnya, ketika tubuh manusia pertama kali memasuki gaya gravitasi mikro, banyak hal aneh yang terjadi, seperti darah yang menggenang di batang tubuh dan kepala hingga mengakibatkan pembengkakan pada wajah dan terkadang gangguan penglihatan.

Astronot biasanya beradaptasi dengan gejala-gejala ini, dan ketidaknyamanan mulai hilang setelah beberapa hari berada di luar angkasa.

Namun, tidak demikian dengan sakit kepala. Bagi 87 persen astronot yang disurvei, sakit kepala terus berulang selama misi mereka berlangsung, sering kali disertai dengan sinus dan hidung tersumbat.

Kemudian, lebih dari separuh astronot yang disurvei setelah kembali ke Bumi melaporkan mengalami setidaknya satu kali sakit kepala selama misi mereka. Banyak peserta melaporkan konsumsi aspirin atau obat pereda nyeri lainnya untuk mengobati gejala-gejala ini.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Astronot yang Meninggal di Luar Angkasa?

Apa penyebab sakit kepala luar angkasa?

Meskipun penyebab pastinya sulit untuk dipastikan, para peneliti menduga bahwa sakit kepala ini berasal dari peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh redistribusi cairan dalam tubuh astronot.

Saat gravitasi mengendurkan cengkeramannya, darah, getah bening, dan cairan serebrospinal menjauh dari lokasi biasanya dan mulai memberikan tekanan ke tempat lain.

Jika faktor tersebut yang menyebabkan sakit kepala pada astronot saat berada di luar angkasa, maka hal ini konsisten dengan kondisi perjalanan luar angkasa, yang disebut sindrom neuro-okular, yakni ketika tekanan cairan di bagian belakang mata sehingga mengganggu penglihatan astronot.

Dan, para peneliti mencatat, sakit kepala luar angkasa bisa jadi lebih umum dialami daripada yang diperkirakan oleh penelitian.

Alexandra Sinclair, profesor neurologi di Universitas Birmingham, Inggris, mengatakan, salah satu masalah dalam mengevaluasi sakit kepala adalah bahwa sakit kepala bersifat subjektif, dan ingatan akan sakit kepala rentan terhadap bias pelaporan.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Astronot yang Meninggal di Luar Angkasa?

Ukuran sampel yang terbatas juga menghadirkan tantangan. Idealnya, menurut Sinclair, penelitian ini mampu mengumpulkan data dari lebih banyak orang.

Namun, Sinclair menambahkan, hal itu hampir mustahil dilakukan dalam penelitian luar angkasa, dan ia mengapresiasi pekerjaan para peneliti yang telah mengatasi keterbatasan ini dengan menghasilkan temuan yang sangat penting dan menarik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com