KOMPAS.com - Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh kita untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Tubuh menggunakan zat besi untuk membuat hemoglobin, protein dalam sel darah merah. Hemoglobin membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh.
Zat besi juga penting untuk kesehatan otot, sumsum tulang, dan fungsi organ. Tubuh juga membutuhkan zat besi untuk membuat beberapa hormon.
Zat besi ditemukan secara alami di banyak makanan dan ditambahkan ke beberapa produk makanan yang diperkaya. Makanan yang tinggi zat besi antara lain:
Baca juga: 3 Sayuran Sehat yang Tinggi Zat Besi
Zat besi juga tersedia dalam bentuk suplemen, baik sendiri atau sebagai bagian dari suplemen multivitamin/mineral.
Toksisitas zat besi dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap. Banyak masalah kesehatan serius yang mungkin disebabkan oleh overdosis yang tidak disengaja, mengonsumsi suplemen dosis tinggi dalam jangka waktu lama, atau gangguan kelebihan zat besi kronis.
Dalam keadaan normal, sangat sedikit zat besi bebas yang bersirkulasi dalam aliran darah. Ia terikat dengan aman pada protein, seperti transferin, yang mencegahnya menyebabkan bahaya.
Namun, keracunan zat besi dapat secara signifikan meningkatkan kadar zat besi “bebas” dalam tubuh.
Zat besi bebas merupakan pro-oksidan, kebalikan dari antioksidan, yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Beberapa kondisi mungkin menyebabkan hal ini terjadi, termasuk:
Baca juga: 5 Makanan Sumber Zat Besi untuk Cegah Anemia
Keracunan zat besi akut terjadi ketika seseorang overdosis suplemen zat besi. Jumlah di bawah 20 mg/kg biasanya aman, tetapi dapat menyebabkan gejala pencernaan ringan.
Sementara itu, jumlah antara 20-60 mg/kg bersifat toksik ringan hingga sedang. Dosis yang lebih tinggi dari 60 mg/kg dapat menyebabkan gangguan peredaran darah dan menimbulkan gejala yang serius.
Demikian pula, suplementasi zat besi dosis tinggi yang berulang-ulang dapat menyebabkan masalah serius. Pastikan untuk mengikuti petunjuk pada suplemen zat besi, dan jangan pernah mengonsumsi lebih dari yang direkomendasikan dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.