Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Saat Tubuh Kelebihan Asupan Zat Besi?

Kompas.com - 10/10/2023, 09:33 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tubuh manusia punya mekanisme yang cukup unik untuk mengolah zat besi . Zat besi berperan penting bagi tubuh manusia.

Namun, tidak hanya defisiensinya yang berakibat pada gangguan kesehatan, kelebihan zat besi juga memiliki risiko berbahaya.

Baca juga: Deteksi Risiko Anemia akibat Kurang Zat Besi, Seberapa Pentingkah?

Tidak semua zat besi yang masuk ke dalam tubuh akan diserap. Zat besi yang terserap oleh tubuh hanya sekitar 14 sampai 18 persen dari total zat besi yang masuk, sedangkan sebagian besarnya akan diekskresikan dari tubuh.

Hal yang menarik adalah ketika tubuh mendapatkan asupan zat besi yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan, eksresi zat besi akan bertambah dan penyerapan zat besi terhambat. Kondisi ini disebut sebagai mucosal block, atau blokade mukosa.

Mekanisme penyerapan zat besi

Dikutip dari buku Williams Hematology Edisi Kesembilan (2015), zat besi diserap dalam bentuk molekul Fe2+ oleh sel-sel enterosit di usus halus. Sel enterosit adalah sel di permukaan usus halus yang berfungsi menyerap zat gizi dari makanan.

Zat besi yang sudah diserap oleh sel enterosit akan disimpan dalam bentuk protein gabungan bernama ferritin, ataupun dipindahkan ke aliran darah dengan bantuan protein ferroportin.

Zat besi dalam darah ini selanjutnya digunakan untuk kebutuhan pembentukan sel darah merah, tulang, dan jaringan tubuh lainnya. Namun, zat besi yang berada dalam darah juga akan ikut masuk ke hati.

Di hati, zat besi ini akan diubah menjadi hepcidin, sebuah protein yang dapat menghambat fungsi kerja ferroportin. Hepcidin akan berikatan dengan ferroportin dan menyebabkan ferroportin pecah.

Baca juga: Cara Mencegah Penyakit Anemia karena Kekurangan Zat Besi

Maka itu, ketika zat besi yang diubah menjadi hepcidin lebih banyak daripada sediaan protein ferroportin, zat besi dari sel enterosit tidak akan bisa dipindahkan ke darah dan digunakan oleh tubuh.

Zat besi yang tertahan di sel enterosit selanjutnya akan dieksresikan melalui feses bersamaan dengan sel enterosit yang mati.

Kondisi ini disebut sebagai mucosal block karena zat besi tertahan di lapisan mukosa usus halus, tempat sel enterosit berada, dan tidak bisa diserap lebih lanjut untuk digunakan tubuh.

Gangguan kesehatan akibat kelebihan zat besi

Dilansir dari National Institutes of Health, United States Department of Health and Human Services, Selasa (13/6/2023), orang dewasa dengan kesehatan pencernaan yang normal umumnya memiliki risiko kelebihan asupan zat besi yang rendah.

Akan tetapi, apabila seseorang mengonsumsi suplemen zat besi di atas 25 mg, penyerapan seng sebagai mineral lain yang dibutuhkan tubuh akan menurun.

Selain itu, konsumsi suplemen zat besi dalam dosis tinggi dapat memicu konstipasi, sakit perut, mual, muntah, dan diare.

Adapun salah satu risiko fatal yang terjadi saat tubuh tidak bisa mengatur penyerapan zat besi dengan baik adalah hemokromatosis. Penyakit ini terjadi saat zat besi sudah menumpuk pada organ, seperti hati, pankreas, ataupun kelenjar di bawah otak.

Baca juga: Makanan yang Mengandung Zat Besi, Bagus untuk Cegah Anemia

Penumpukan ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ, dan biasanya ditandai dengan perubahan warna tubuh menjadi warna kecoklatan seperti perunggu.

Kerusakan yang terjadi misalnya ketika zat besi menumpuk di pankreas, pankreas tidak bisa memproduksi insulin dengan normal sehingga bisa menyebabkan diabetes.

Kendati demikian, hemokromatosis umumnya disebabkan oleh kondisi genetik seperti mutasi pada gen yang mengatur penyerapan zat besi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com