Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/01/2024, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber Space

KOMPAS.com - Seberapa besar alam semesta? Ini adalah salah satu pertanyaan mendasar dalam astronomi dan mungkin bagi banyak orang lainnya.

Untung saja, berkat perkembangan teknologi, para astronom kini dapat melihat kembali ke masa setelah Big Bang.

Baca juga: Apakah Ada Lubang Putih di Alam Semesta?

Hal itu menyiratkan bahwa seluruh alam semesta berada dalam jangkauan pandangan kita. Namun ukuran alam semesta bergantung pada beberapa hal, termasuk bentuk dan perluasannya.

Akibatnya, meskipun ahli dapat membuat perkiraan mengenai ukuran alam semesta, para ilmuwan tidak dapat memberikan angka pastinya.

Mengamati alam semesta

Mengutip Space, pada tahun 2013 misi luar angkasa Planck milik Badan Antariksa Eropa merilis peta paling akurat dan terperinci dari cahaya tertua di alam semesta.

Peta tersebut mengungkapkan bahwa alam semesta berumur 13,8 miliar tahun.

Planck menghitung usianya dengan mempelajari latar belakang gelombang mikro kosmik.

Karena adanya hubungan antara jarak dan kecepatan cahaya, ini berarti para ilmuwan dapat mengamati wilayah luar angkasa yang berjarak 13,8 miliar tahun cahaya.

Ibarat sebuah kapal di lautan kosong, para astronom di Bumi dapat memutar teleskop mereka untuk mengamati jarak 13,8 miliar tahun cahaya ke segala arah, yang menempatkan Bumi dalam bola teramati dengan radius 13,8 miliar tahun cahaya.

Namun para ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta mengembang.

Oleh karena itu, meski ahli melihat sebuah titik yang terletak 13,8 miliar tahun cahaya dari Bumi pada saat Big Bang terjadi, alam semesta terus berkembang sepanjang masa hidupnya.

Baca juga: 7 Objek Terbesar di Alam Semesta

Sehingga diameter alam semesta yang teramati menjadi sekitar 92 miliar tahun cahaya.

Hanya saja perkiraan ini makin rumit karena adanya kemungkinan bahwa alam semesta tidak mengembang secara merata.

Badan Antariksa Eropa melaporkan studi tahun 2020 yang menggunakan data dari XMM-Newton milik ESA, Teleskop Luar Angkasa Chandra milik NASA, dan observatorium sinar-X Rosat menunjukkan bahwa alam semesta tidak mengembang dengan kecepatan yang sama ke segala arah.

Hal tersebut akhirnya membuat peneliti tidak bisa melihat ujung semesta.

Tetapi tim ilmuwan yang dipimpin oleh Mihran Vardanyan di Universitas Oxford dengan menggunakan rata-rata model Bayesian menemukan bahwa alam semesta setidaknya 250 kali lebih besar dari alam semesta yang dapat diamati.

Sehingga setidaknya alam semesta menurut mereka berukuran 7 triliun tahun cahaya.

Baca juga: Apakah Alam Semesta Berputar?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com