Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Candu Media Sosial Mirip dengan Narkoba

Kompas.com - 04/01/2024, 09:33 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - media sosial adalah hal yang dapat dijumpai penggunaanya hampir di seluruh dunia.

Di era modern ini, media sosial memudahkan komunikasi masyarakat dunia. Namun, sejatinya ada beragam ancaman dari penggunaan media sosial.

Baca juga: Manfaat Positif Jeda Media Sosial bagi Kesehatan Mental, Apa Saja?

Tidak jarang orang-orang memilih interaksi lewat media sosial daripada berinteraksi langsung. Selain itu, media sosial bisa membuat penggunanya kecanduan. Bahkan, dampaknya hampir serupa dengan kecanduan akibat narkoba.

Candu media sosial seperti kokain

Dilansir dari laman Addiction Center, Kamis (7/12/2023), penelitian terkini menemukan bahwa dampaknya pada otak dapat mirip dengan efek narkoba.

Media sosial seperti Facebook, Snapchat, dan Instagram memicu dopamin. Efek ini sebenarnya bertujuan untuk mempertahankan penggunaan produk mereka sebanyak mungkin.

Namun, hal ini mirip dengan dampak perjudian dan konsumsi narkoba.

Penelitian menunjukkan bahwa aliran terus-menerus retweet, like, dan share dari situs-situs ini menyebabkan area hadiah otak memicu reaksi kimia yang sama dengan narkoba seperti kokain.

Para ahli neurosains bahkan membandingkan interaksi media sosial dengan suntikan dopamin langsung ke dalam sistem.

Efek tersebut tidak hanya bersifat psikologis tetapi juga fisik karena penggunaan media sosial mempengaruhi otak secara langsung.

Baca juga: Tatanan Modal Sosial Baru: Media Sosial dan Kekuatan Warganet

Penggunaan media sosial meningkatkan dopamin

Studi terbaru dari Universitas Harvard menemukan bahwa pengekspresian diri di situs jejaring sosial aktif pada bagian otak yang sama ketika mengonsumsi zat adiktif seperti obat-obatan adiktif.

Area "hadiah" di otak dan jalur pesan kimiawi di otak memengaruhi keputusan dan sensasi. Ketika seseorang mengalami sesuatu yang memberikan hadiah atau menggunakan zat adiktif, neuron yang memproduksi dopamin di otak aktif dan tingkat dopamin meningkat.

Oleh karena itu, otak menerima "hadiah" dan mengaitkan obat atau aktivitas tersebut dengan penguatan positif.

Laman Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, pada Jumat (29/10/2021), menjelaskan hal yang serupa.

Penggunaan media sosial menciptakan pengalaman menyenangkan yang instan. Setiap notifikasi, seperti suka atau menyebutkan, memberikan dorongan dopamin sehingga menyebabkan individu merasakan kesenangan.

Kesenangan instan dari media sosial

Media sosial memberikan banyak hadiah instan dalam bentuk perhatian dari orang lain dengan usaha yang relatif minimal. Otak memprogram ulang dirinya sendiri melalui penguatan positif ini, membuat orang menginginkan suka, retweet, dan reaksi emotikon.

Ada dua faktor utama yang membuat media sosial dan narkoba memiliki kesamaan. Pertama, akses mudah dan hadiah cepat.

Baca juga: Apa Arti Flexing, yang Jadi Fenomena di Media Sosial?

Mirip dengan suntikan jarum di kulit, sebuah cara memasukkan obat seperti heroin, telepon pintar adalah jarum hipodermik modern yang dapat memberikan dopamin digital untuk orang-orang di generasi saat ini.

Hal yang sama berlaku untuk telepon pintar dengan warna-warna cerah, lampu berkedip, dan pemberitahuan yang menarik, itu memberikan gambar ke korteks visual kita yang sulit untuk ditolak.

Perkembangan ini menuntut perhatian dan upaya pencegahan untuk mengurangi risiko dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com