Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Hati-hati, Plastik Daur Ulang Mengandung Bahan Kimia Beracun

Kompas.com - 15/11/2023, 08:00 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.comPlastik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita.

Meskipun upaya penggunaan plastik daur ulang dianggap sebagai solusi untuk mengurangi dampak lingkungan, temuan ilmuwan terbaru mengindikasikan bahwa tidak semua aspek dari solusi tersebut dapat dipandang secara positif.

Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Enzim, Bisa Daur Ulang Plastik dalam Hitungan Jam

Para ilmuwan baru-baru ini berhasil menemukan bahwa beberapa produk plastik daur ulang mengandung bahan kimia beracun termasuk pestisida dan obat-obatan.

Plastik daur ulang mengandung lebih dari 600 senyawa kimia

Studi terbaru yang diterbitkan di Data in Brief melalui ScienceDirect yang dipimpin oleh Carney Almroth, ditemukan bahwa pelet plastik yang berasal dari pabrik daur ulang plastik di 13 negara mengandung ratusan bahan kimia, dikutip dari Science Daily, Jumat (10/11/2023).

Tidak hanya itu, plastik daur ulang juga mengandung sejumlah pestisida yang sangat beracun.

Totalnya 491 senyawa organik terdeteksi dan diukur dalam pelet tersebut dengan tambahan 170 senyawa yang sementara diidentifikasi.

Jenis senyawa ini melibatkan berbagai kelas seperti pestisida, obat-obatan, bahan kimia industri, dan aditif plastik.

"Bahan kimia berbahaya yang terdeteksi menimbulkan risiko bagi pekerja di industri daur ulang, konsumen, serta masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan," ungkap para peneliti.

"Oleh karena itu, sebelum daur ulang dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi krisis polusi plastik perlu adanya pembatasan bahan kimia berbahaya dalam industri plastik," sambungnya.

Para ahli juga mengindikasikan bahwa lebih dari 13.000 bahan kimia digunakan dalam pembuatan plastik dengan sekitar 25 persen diantaranya dikategorikan sebagai berbahaya.

Mereka menyatakan bahwa tidak ada bahan kimia plastik yang dapat dianggap sebagai aman.

Baca juga: Temuan Baru, Mikroba dalam Perut Sapi Bantu Daur Ulang Plastik

Toksitas plastik meningkat saat didaur ulang

Dilansir dari The Guardian, Senin (13/11/2023), Greenpeace telah memperingatkan bahwa mendaur ulang plastik dapat meningkatkan tingkat keberacunan dan seharusnya tidak dipandang sebagai solusi untuk mengatasi krisis polusi.

Greenpeace adalah organisasi nirlaba internasional yang berfokus pada isu-isu lingkungan dan perdamaian global.

Plastik daur ulang sering mengandung bahan kimia beracun seperti penghambat api, benzena, karsinogen, dioksin, brominasi, klor, dan pengganggu endokrin yang dapat mempengaruhi hormon alami tubuh.

Greenpeace menekankan bahwa toksisitas plastik sebenarnya meningkat dengan daur ulang.

Sebenarnya solusi sejati untuk mengatasi polusi plastik adalah dengan mengurangi produksi plastik secara signifikan.

Para perwakilan dari 173 negara yang akan bertemu di Paris untuk perundingan baru terkait perjanjian plastik global juga diingatkan bahwa perlu mendengarkan suara komunitas di negara-negara berkembang yang terdampak oleh pembuangan plastik.

Greenpeace menyarankan pengurangan produksi plastik dan pengembangan teknologi pembuangan limbah yang lebih berkelanjutan sebagai langkah pertama menuju penghapusan total produksi plastik murni.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Superworm Doyan Makan Styrofoam, Bisakah Jadi Solusi Daur Ulang Plastik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com