Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Memacu Potensi Ubi Kayu

Kompas.com - 01/11/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr. Vina Eka Aristya, S.P., M.Sc.

UBI kayu merupakan sumber nutrisi sehat. Komoditas ini mengandung karbohidrat, protein, serat, kalium, kalsium, folat, zat besi, magnesium, vitamin C, dan vitamin B6.

Ubi kayu selain sebagai pangan juga menjadi bahan baku industri, pakan, dan bahan bakar nabati.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Ubi Kayu adalah Bahan Pangan Berkualitas

Potensi ekspor produk turunan ubi kayu selama lima tahun terakhir mencapai 86,3 juta ton. Volume ekspor sebesar 3.360 ton, dikirim ke 22 negara dengan nilai USD 2,5 juta.

Tepung ubi kayu yang dimodifikasi (mocaf) sangat unggul sebagai substitusi tepung terigu. Tepung mocaf memiliki keunggulan bebas gluten, kaya serat, dan indeks glikemik rendah.

Kualitas produk turunan tepung mocaf pun sama dengan produk tepung terigu. Pemanfataan tepung mocaf mengurangi impor tepung terigu dan menghemat devisa negara.

Manihot esculenta mudah dibudidayakan bahkan di lahan marginal, efisien sumber hara, serta tahan cekaman biotik dan abiotik. Ubi kayu adapatif perubahan iklim global, sehingga sangat potensial menjadi pangan alternatif pengganti beras dan jagung.

Permasalahan komoditas ubi kayu ialah fluktiasi produksi dan harga. Pemerintah belum menetapkan harga dasar ubi kayu sehingga komoditas ini kurang diminati petani. Harga jual tepung mocaf juga lebih tinggi dibandingkan tepung terigu.

Keterbatasan subsidi pemerintah pada tepung mocaf menjadikannya sulit bersaing dengan tepung terigu.

Kendala teknis meliputi umbi cepat rusak, rendahnya adopsi varietas unggul, belum terbentuk sistem perbenihan, terbatasnya sarana dan prasarana produksi, teknologi, serta akses modal.

Tantangan lain yaitu kurangnya peningkatan kualitas petani, kemitraan petani lemah, dan belum optimalnya kebijakan, menjadikan ubi kayu bukan komoditas strategis.

Pengembangan ubi kayu

Luas panen ubi kayu di Indonesia berfluktuasi dan cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 2020 luas panen ubi kayu 632 ribu ha (produksi 16,6 juta ton) dan prediksi tahun 2024 meluas hingga 664 ribu ha (produksi 17,6 juta ton).

Baca juga: Potensi Pertanian Ubi Kayu di Indonesia Menjanjikan

Penghasil terbesar ubi kayu yaitu Lampung (27,71 persen), Jawa Timur (14,80 persen), dan Jawa Tengah (14,59 persen).

Peluang pengembangan ubi kayu sangat terbuka melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, dan diversifikasi produk. Faktor pendukung yaitu tersedia areal lahan kering dan lahan potensial lainnya, teknologi budi daya, serta permintaan pasar yang terus meningkat.

Ubi kayu banyak dikembangkan di lahan kering marginal dan lahan rawa pasang surut yang luapan airnya tidak menggenangi lahan secara periodik. Pengembangan ubi kayu signifikan ditingkatkan, mengingat potensi lahan kering Indonesia sebesar 17 juta ha dan lahan rawa seluas 5 juta ha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com