Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Makan Lebih Sering dengan Porsi Kecil Lebih Baik untuk Kesehatan?

Kompas.com - 28/10/2023, 19:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Aturan tentang membagi waktu makan besar menjadi tiga kali dalam sehari, yakni sarapan, makan siang, dan makan malam, telah diterima banyak masyarakat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, para ahli mulai mengubah perspektif dengan berpendapat bahwa makan dalam porsi kecil dan lebih sering mungkin merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit kronis dan penurunan berat badan.

Manfaat makan porsi kecil namun sering

Ahli yang menganjurkan makan dalam porsi kecil namun sering berpendapat bahwa pola makan ini memiliki banyak manfaat, seperti:

  • Meningkatkan rasa kenyang setelah makan
  • Meningkatkan metabolisme dan komposisi tubuh
  • Mencegah penurunan energi
  • Menstabilkan gula darah
  • Mencegah makan berlebihan

Baca juga: Benarkah Makan Pisang Bisa Memperbaiki Kualitas Tidur?

Meskipun beberapa penelitian mendukung rekomendasi ini, studi lainnya tidak melaporkan manfaat yang signifikan.

Faktanya, beberapa penelitian melaporkan bahwa masih lebih bermanfaat untuk tetap makan tiga kali sehari dalam porsi besar.

Penelitian tentang frekuensi makan dan penyakit kronis

Studi epidemiologi awal menunjukkan, peningkatan frekuensi makan dapat meningkatkan kadar lipid (lemak) darah dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Oleh sebab itu, banyak ahli menyarankan untuk tidak makan lebih sedikit dan dalam porsi besar dalam sehari.

Namun, selama bertahun-tahun, beberapa penelitian telah mendukung temuan yang menunjukkan bahwa orang yang makan dalam porsi kecil dan sering memiliki kadar kolesterol lebih baik dibandingkan mereka yang makan kurang dari tiga kali sehari.

Baca juga: Mengapa Makan Buah Bit Membuat Kencing Berwarna Merah?

Secara khusus, satu studi cross-sectional tahun 2019 menemukan bahwa makan lebih dari empat kali meningkatkan kolesterol HDL (high-density lipoprotein) atau kolesterol baik dan menurunkan trigliserida puasa dengan lebih efektif.

Penelitian ini juga mengamati tidak ada perbedaan kolesterol total atau kolesterol LDL (low-density lipoprotein).

Namun, penting untuk dicatat bahwa ini adalah penelitian observasional, yang berarti hanya dapat membuktikan hubungan, bukan sebab-akibat.

Selain itu, satu ulasan yang diterbitkan dalam jurnal Circulation dari American Heart Association menyimpulkan bahwa frekuensi makan yang lebih banyak dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Frekuensi makan dan penurunan berat badan

Ada anggapan umum bahwa makan lebih sering dapat membantu mempengaruhi penurunan berat badan.

Baca juga: Makan Buah Nanas Mulut Terasa Gatal, Apa Penyebabnya?

Namun, penelitian mengenai hal ini masih beragam. Misalnya, sebuah penelitian membandingkan makan tiga kali sehari dan enam kali makan dalam porsi kecil.

Kedua kelompok menerima kalori yang cukup untuk mempertahankan berat badan mereka saat ini dengan menggunakan distribusi makronutrien yang sama, yakni 30% energi dari lemak, 55% karbohidrat, dan 15% protein.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com