Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Duri Bulu Babi Ungkap Kondisi Laut Dalam 100 Juta Tahun Lalu

Kompas.com - 08/09/2023, 20:00 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehidupan paling sederhana di dasar laut dalam mungkin sudah ada sejak jutaan tahun lalu. Salah satunya dibuktikan dengan adanya fosil duri bulu babi.

Mengutip British Geological Survey, fosil bulu babi diketahui dapat memberikan gambaran yang reliabel mengenai keadaan lingkungan di masa lampau karena evolusinya yang sangat dipengaruhi kondisi lingkungan.

Baca juga: Seperti Apa Fosil Ubur-ubur Tertua yang Pernah Ditemukan?

Adapun dilansir dari ScienceDaily, Selasa (5/9/2023), fosil duri dari bulu babi di dasar laut dalam ditemukan oleh tim peneliti dari University of Göttingen, Universities of Heidelberg and Frankfurt, dan Museum für Naturkunde Berlin di Jerman.

Laut Dalam 100 Juta Tahun Lalu Seperti Apa?

Bukti fosil ini membuktikan adanya kolonisasi invertebrata tinggi yang stabil di laut dalam sejak ratusan juta tahun lalu.

Para peneliti ini menguji lebih dari 1400 sampel padatan dari lubang bor di samudra pasifik, atlantik, dan lautan di selatan bumi pada kedalaman laut mulai dari 200 hingga 4700 meter.

Hasilnya, ditemukan lebih dari 40.000 potongan fosil duri beragam bentuk.

Potongan fosil ini kemudian dikelompokkan berdasarkan karakteristik morfologinya, yakni bentuk, panjang, dan ketebalan duri.

Selain itu, umur fosil juga diamati guna menentukan asal masa fosil. Lalu, fosil duri ini dihitung berat totalnya sesuai dengan lokasi habitatnya.

Bulu babi ada di bumi sejak seratus juta tahun lalu

Dari informasi tersebut, diketahui bahwa bulu babi sudah menghuni dasar laut dalam sejak 104 juta tahun lalu. 

Hal menarik lainnya adalah perubahan morfologi fosil duri ini menjelaskan bulu babi hidup melewati era kepunahan masal, yakni ketika meteorit menghujani bumi.

Baca juga: Seperti Apa Fosil Pterosaurus Tertua yang Berusia 107 Juta Tahun?

Bukti ini ditemukan pada perubahan morfologi fosil duri bulu babi menjadi lebih kecil, ramping, dan lebih sedikit ragam bentuknya. Ini dapat jadi salah satu indikasi bahwa bulu babi yang mampu bertahan mengalami “efek liliput”.

Dr. Frank menyebutkan efek ini dialami bulu babi karena jumlah makanan yang sedikit menyebabkan ukurannya mengecil.

Kendati demikian, fosil duri bulu babi dari era 70 juta tahun yang lalu menunjukkan adanya peningkatan berat fosil. Perubahan ini mengindikasikan telah terjadinya evolusi.

Sementara itu, peningkatan suhu air laut yang terjadi pada era yang sama menunjukkan adanya keterkaitan antara evolusi ekosistem di laut dalam dengan suhu air laut.

Hal ini memungkinkan adanya potensi pemanasan global untuk mengubah ekosistem di laut dalam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com