Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Binatang Raksasa Pernah Hidup di Madagaskar, ke Mana Mereka?

Kompas.com - 07/11/2022, 11:00 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Madagaskar menjadi rumah bagi beberapa mahluk paling menarik di dunia. Pulau ini dianggap sebagai hotspot keanekaragaman hayati karena sekitar 95 persen reptil, 89 persen tumbuhan, dan 92 persen mamalianya tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.

Bahkan pada suatu ketika, Madagaskar merupakan rumah bagi beberapa hewan vertebrata bertubuh besar (megafauna), di antaranya lemur raksasa sebesar gorila, burung gajah setinggi lebih dari tiga meter, kura-kura raksasa, dan kuda nil.

Namun megafauna itu kemudian menghilang.

Studi yang dipublikasikan di Current Biology menghubungkan hilangnya megafauna itu karena ekspansi besar manusia itu sekitar 1000 tahun yang lalu.

Baca juga: Megafauna Papua Nugini Bertahan Hidup Hingga 20.000 Tahun yang Lalu

"Ekspansi demografis manusia ini bersamaan dengan transisi budaya dan ekologi di pulau itu. Sekitar periode yang sama, kota-kota muncul di Madagaskar dan semua vertebrata dengan berat lebih dari 10 kilogram menghilang," kata Denis Pierron dari French National Centre for Scientific Research (CNRS).

Mengutip Popular Science, Minggu (6/11/2022) asal usul kehidupan manusia di Madagaskar telah lama menjadi misteri.

Pulau ini berpopulasi 25 juta orang yang berbicara bahasa yang disebut Malagasi yang juga digunakan oleh orang di pulau Samudra Hindia serta beberapa kelompok di Kepulauan Sunda di Asia Tenggara yang tinggal lebih dari 6000 kilometer jauhnya dari Madagaskar.

Orang-orang yang tinggal di Madagaskar diketahui juga memilki akar dari dua populasi kecil, satu dari Afrika yang berbicara bahasa Bantu dan satunya lagi dari Asia yang berbicara bahasa Austronesia.

Baca juga: Lemur Raksasa Setinggi Manusia Hidup di Madagaskar 1.400 Tahun Lalu

Untuk menelusuri sejarah dan asal usul bahasa di pulau itu, para peneliti kemudian memulai proyek bernama Madagaskar Genetic and Ethnolinguistic (MAGE). Dari data tersebut, parapeneliti berteori bahwa populasi Asia leluhur Malagasi terisolasi di pulau selama lebih dari 1000 tahun dengan ukuran populasi hanya beberapa ratus orang saja.

Isolasi berakhir ketika sekelompok kecil orang Afrika berbahasa Bantu datang ke Madagaskar, yang menyebabkan ekspansi populasi selama beberapa generasi.

Studi kemudian menunjukkan bahwa populasi yang berkembang ini mengubah ekosistem dan lanskap Madagaskar yang menyebabkan hilangnya semua vertebrata berbadan besar yang pernah tinggal di sana.

"Studi kami mendukung teori bahwa bukan secara langsung kedatangan manusia di pulau itu yang menyebabkan hilangnya megafauna, melainkan perubahan gaya hidup yang membuat ekspansi populasi manusia dan pengurangan keanekaragaman hayati di Madagaskar," jelas Pierron.

Baca juga: Dikira Punah, Ikan dari Zaman Dinosaurus Hidup di Pantai Madagaskar

Temuan dalam penelitian ini pun dapat diterapkan pada penelitian tentang populasi manusia dan ekosistemnya.

Studi menunjukkan pula bahwa sejarah demografis populasi purba dapat diurai lama setelah dua atau lebih kelompok bercampur, melalui data genetik dan simulasi komputer yang dapat menguji kemungkinan skenario yang berbeda.

Namun seperti kebanyakan penelitian, masih ada pertanyaan tersisa dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memecahkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com