Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megafauna Papua Nugini Bertahan Hidup Hingga 20.000 Tahun yang Lalu

Kompas.com - 12/10/2022, 19:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG


KOMPAS.com- Sebuah penelitian baru menunjukkan megafauna di Papua Nugini hidup hingga 20.000 tahun yang lalu, lebih lama dibandingkan megafauna di daratan Australia.

Dalam studi baru itu, para peneliti dari Flinder University dan Australian National University menggunakan teknik baru untuk memeriksa kembali tulang megafauna dari situs fosil Nombe Rock Shelter di Provinsi Chimbu dalam upaya untuk lebih memahami sejarah alam Papua Nugini yang menarik.

Mengutip Phys, Rabu (12/10/2022) analisis baru menghasilkan revisi usia tulang dan menunjukkan bahwa beberapa spesies mamalia besar termasuk harimau Tasmania yang punah dan marsupial mirip panda (Hulitherium tomasettii) masih hidup di Dataran Tinggi Papua Nugini ketika manusia pertama kali tiba di wilayah itu sekitar 60.000 tahun yang lalu.

"Jika spesies megafauna benar-benar bertahan di Dataran Tinggi PNG lebih lama daripada spesies serupa di Australia, mungkin itu karena orang jarang mengunjungi daerah Nombe sampai setelah 20.000 tahun yang lalu," ungkap Tim Denham, salah satu penulis utama dan profesor ilmu Arkeologi Australian National University.

"Pengetahuan tentang sejarah fauna dan manusianya di Papua Nugini bagian utara yang berhutan, terdiri dari pegunungan memang masih sangat minim," katanya lagi.

Lebih lanjut penelitian baru ini konsisten dengan bukti serupa dari penelitian yang dilakukan di Pulau Kanguru sebelumnya.

 

Baca juga: Megafauna Hiu Terancam Punah Ancam Ekosistem Laut, Ini Penyebabnya

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Quaternary Science pada tahun 2015 itu, peneliti juga menemukan megafauna seperti kanguru telah bertahan hingga sekitar 20.000 tahun yang lalu di beberapa daerah terpencil di Papua Nugini.

Sebelumnya, asumsi umum menyebut kepunahan megafauna baik itu di Australia dan Papua Nugini terjadi pada 40.000 tahun yang lalu.

Nombe Rock Shelter sendiri menurut peneliti memang jarang dikunjungi oleh kelompok nomaden pada zaman prasejarah.

Nombe Rock Shelter kemudian pertama kali digali oleh para arkeolog pada tahun 1960-an, tetapi paling intensif dilakukan pada tahun 1971 dan 1980 oleh arkeolog Australian National University, Dr Mary-Jane Mountain yang juga merupakan penulis makalah terbaru.

Penelitiannya itu menghasilkan deskripsi dan interprestasi terperinci pertama dari situs Nombe dan memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman mengenai sejarah manusia di Dataran Tinggi PNG.

"Mary-Jane awalnya berhipotesis bahwa megafauna di situs tersebut mungkin telah bertahan puluhan ribu tahun setelah kolonisasi manusia dan teori itu dikonfirmasi melalui teknik baru dalam arkeologi, penanggalan, dan ilmu paleontologi," ungkap Denham.

Penelitian terbaru tentang megafauna Papua Nugini hidup hingga 20.000 tahun yang lalu ini telah dipublikasikan di jurnal Archaeology in Oceania.

Baca juga: Studi DNA Ungkap Kepunahan Megafauna Mastodon Amerika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com