Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali, Mikroplastik Ditemukan di Salju Antartika yang Baru Turun

Kompas.com - 09/06/2022, 12:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Peneliti dari Selandia Baru pertama kali mengidentifikasi keberadaan mikroplastik di salju yang baru turun di Antartika.

Temuan ini menjadi bukti adanya potensi yang dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan ekosistem unik benua tersebut.

Dikutip dari Guardian, Rabu (8/6/2022) plastik kecil yang ukurannya lebih kecil dari sebutir beras, sebelumnya telah ditemukan di es laut Antartika dan air permukaan.

Tetapi temuan terbaru ini merupakan laporan pertama, bahwa mikroplastik ditemukan dalam hujan salju segar yang baru turun.

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa PhD University of Canterbury, Alex Aves ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah The Cryosphere.

Baca juga: Parasit Dapat Menempel pada Mikroplastik di Laut dan Berpotensi Menginfeksi Manusia

Aves mengumpulkan sampel salju dari Lapisan Es Ross di Antartika pada akhir 2019 untuk menentukan apakah mikroplastik telah berpindah dari atmosfer ke salju.

Hasil studi menunjukkan partikel plastik ditemukan di setiap satu dari 19 sampel yang dikumpulkan dari Lapisan Es Ross.

"Sangat menyedihkan, tetapi menemukan mikroplastik di salju Antartika yang segar menunjukkan tingkat polusi plastik bahkan telah sampai ke wilayah paling terpencil di dunia," kata Aves.

Aves menemukan rata-rata 29 partikel mikroplastik per liter salju yang meleleh, yang lebih tinggi dari konsentrasi laut yang dilaporkan sebelumnya dari Laut Ross di sekitarnya dan di es laut Antartika.

Bahkan sampel yang diambil dari dekat pangkalan ilmiah di Pulau Ross, Pangkalan Scott, dan Stasiun McMurdo menghasilkan konsentrasi yang lebih besar.

Setidaknya ada 13 jenis plastik yang ditemukan dengan yang paling umum adalah PET --plastik yang biasa digunakan untuk membuat botol minuman ringan dan pakaian.

Pemodelan atmosfer menunjukkan, bahwa mikroplastik mungkin telah melakukan perjalanan ribuan kilometer di udara. Namun Dr Laura Revell yang merupakan pengawas studi ini menyebut, ada kemungkinan pula kehadiran manusia di Antartika telah membentuk jejak mikroplastik.

Penelitian Revell sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikroplastik di atmosfer dapat menjebak radiasi yang dipancarkan oleh Bumi dan berkontribusi pada perubahan iklim.

Baca juga: Bahaya Mikroplastik yang Ditemukan di Banyak Sungai di Indonesia

Mikroplastik gelap di permukaan es juga dapat menyerap sinar matahari dan menyebabkan pemanasan lokal. Plastik pun bisa menjadi racun bagi kehidupan hewan dan tumbuhan.

“Kami masih belajar banyak tentang dampaknya, tetapi dari apa yang kami ketahui sejauh ini, itu tidak terlalu baik,” ungkap Revell.

Polusi plastik sendiri juga ditemukan di tempat ekstrem lainnya seperti puncak Gunung Everest hingga kedalaman lautan.

Orang-orang diketahui secara tidak sengaja memakan dan menghirup mikroplastik. Penelitian terbaru lainnya menemukan bahwa partikel tersebut menyebabkan kerusakan pada sel manusia.

Sebuah studi tahun lalu menemukan pula mikroplastik di udara berputar di seluruh dunia.

Baca juga: Bahaya Mikroplastik yang Ditemukan di Banyak Sungai di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com