Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AstraZeneca Klaim Obat AZD7442 Efektif Turunkan Risiko Keparahan dan Kematian akibat Covid-19

Kompas.com - 24/11/2021, 12:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah sukses dengan vaksin, AstraZeneca mulai membuat produk obat antibodi AZD7442 dan hasil uji klinik fase III obat tersebut menunjukkan, efikasinya yang mencapai 83 persen menurunkan risiko keparahan dan kematian akibat infeksi Covid-19.

AZD7442 adalah obat campuran atau kombinasi dari dua LAAB yaitu tixagevimab (AZD8895) dan cilgavimab (AZD1061).

Kombinasi tersebut berasal dari sel B yang disumbangkan oleh pasien yang pernah positif SARS-CoV-2 dan telah sembuh.

 Baca juga: Kabar Baik, Uji Coba Obat Antibodi AstraZeneca Efektif Cegah Covid-19

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (19/11/2021), AstraZeneca telah melakukan dua analisis uji klinis, yaitu dengan metode Provent dan Tackle.

Dalam uji klinis Provent dan Tackel, obat AZD7442 umumnya ditoleransi dengan baik, dan tidak ada masalah baru terkait keamanan yang diidentifikasi dalam analisis Provent selama enam bulan.

Executive Vice President, BioPharmaceuticals R&D, AstraZeneca, Mene Pangalos mengatakan, AZD7442 adalah satu-satunya antibodi long-acting dengan data klinis fase III yang menunjukkan manfaat, baik dalam pre-exposure prophylaxis maupun pengobatan Covid-19 dengan pemberian satu dosis. 

Menurut Pangalos, data baru ini adalah bukti tambahan yang mendukung potensi AZD7442 untuk membawa perbedaan yang signifikan dalam pencegahan dan pengobatan Covid-19. 

"Kami sedang memproses pengajuan persetujuan di seluruh dunia dan berharap dapat memberikan opsi baru untuk melawan SARS-CoV-2 secepat mungkin," kata Pangalos.

Hal ini juga disampaikan oleh Profesor Intensive Care Medicine di University College London, Inggris dan peneliti utama AZD7442, Hugh Montgomery.

"Hasil yang menjanjikan ini memberi saya keyakinan, bahwa kombinasi antibodi long acting ini dapat memberikan perlindungan jangka panjang yang sangat dibutuhkan oleh pasien saya yang rentan, agar dapat kembali menjalani kehidupan mereka sehari-hari seperti biasanya," ujar Montgomery.

Ia menambahkan, perlindungan selama enam bulan tetap tercapai meskipun adanya lonjakan varian Delta di antara peserta berisiko tinggi, yang mungkin tidak merespons vaksinasi secara memadai.

Baca juga: Studi: Risiko Pembekuan Darah akibat Covid-19 Jauh Lebih Tinggi Ketimbang akibat Vaksin AstraZeneca

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com