KOMPAS.com – Nama Russ Albert Medlin baru-baru ini menyita perhatian publik. Pria asal AS ini merupakan buronan FBI karena kasus penipuan investasi.
Fakta tersebut diketahui saat Medlin ditangkap di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan, karena menyewa jasa Pekerja Seks Komersial (PSK) di bawah umur.
Baca juga: Kebiri Kimia, Hukuman bagi Pedofilia yang Tuai Kontroversi
Salah satu korban Medlin adalah SS (15 tahun), bersama dua temannya LF dan TR yang tidak disebutkan usianya. Medlin juga memiliki kebiasaan merekam semua aksi seksualnya.
Atas perilaku tersebut, polisi menduga Medlin adalah seorang pedofilia.
Pedofilia adalah gangguan mental yang membuat pengidapnya memiliki ketertarikan seksual terhadap anak-anak.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, dr Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ menyebutkan bahwa seseorang bisa dikatakan pedofilia apabila menyukai anak-anak di bawah usia 16 tahun.
“Anak-anak yang disukai seorang pedofilia memiliki usia maksimal 16 tahun,” tutur Dharmawan kepada Kompas.com, Kamis (18/6/2020).
Baca juga: Anak-anak Bisa Jadi Pembawa Corona Tanpa Gejala, Ini Penjelasannya
Namun, bukan berarti remaja usia 17 atau 18 tahun yang menyukai orang lain di bawah usia 16 tahun termasuk pedofilia. Dharmawan menyebutkan, seseorang bisa dikatakan pedofilia apabila usianya minimal lima tahun di atas anak tersebut.
“Misal seseorang berusia 16 tahun menyukai orang lain berusia 11 tahun. Jedanya lima tahun. Itu bisa jadi tanda-tanda pedofilia,” ungkapnya.
Dharmawan menyebutkan pedofilia tidak terbatas hubungan heteroseksual (lawan jenis). Pedofilia juga bisa terjadi dalam hubungan homoseksual (sesama jenis).
Terlebih lagi, seorang pedofilia tidak hanya berjenis kelamin laki-laki. Wanita bisa saja seorang pedofilia, yang memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis atau sesama jenis yang berusia di bawah 16 tahun.
“Bahkan buku tentang pedofilia menyebutkan, 60 persen penyerangan dilakukan terhadap anak laki-laki,” jelas Dharmawan.
Apakah pedofilia merupakan keturunan genetis? Dharmawan menyebutkan, pedofilia bukanlah keturunan genetis melainkan dampak dari kelainan organ bawaan.
“Penelitian menunjukkan pedofilia disebabkan oleh kelainan organ bawaan. Misalnya hormon, gejala defisit neurologi, kejang, dan disleksia. Presentase paling besar berasal dari kelainan hormonal,” papar ia.
Baca juga: Banyak Pria Tak Sadar Kekurangan Hormon Testosteron, Ini Dampaknya
Lalu bagaimana agar Anda, atau terutama anak Anda, tidak menjadi sasaran pedofilia? Dharmawan menghimbau orangtua untuk lebih bijak menggunakan media sosial miliknya, serta mengawasi konten media sosial milik anaknya.
Hal tersebut berlaku bagi anak laki-laki maupun perempuan.
“Dari medsos ya, TikTok, Instagram. Orangtua harus menjaga konten medsos anaknya, karena menari-nari dengan pakaian seksi misalnya, bisa mengundang ketertarikan pedofilia,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.