Oleh Dr H Muhammad Faesal, MH, MPd*
ALLAH SWT menciptakan dan menganugerahkan alam semesta ini kepada manusia sebagai tempat berpijak sekaligus sarana menghambakan diri kepada-Nya.
Alam raya ini berguna untuk kehidupan manusia, karena itu Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman untuk selalu bertaqwa di mana pun kita berada. Taqwa inilah yang kelak akan menjadi bekal menghadap Allah SWT di akhirat kelak.
Allah SWT berfiman: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS: Al-Baqarah ayat 197).
Allah SWT menjanjikan kepada manusia sebuah kegembiraan yang amat sangat berharga dan tak ternilaikan, yaitu kehidupan yang damai dan sejahtera.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Al Quran Penuntun Jalan Kehidupan Manusia
Dengan kemurahan-Nya, manusia boleh mengambil bagian untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera, namun terkadang manusia selalu lupa diri dan terbawa hawa nafsu atas segala karunia yang Allah berikan kepadanya.
Hawa nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang Allah menjaganya dari keburukan.
Hawa nafsu itu selalu memerintahkan kepada sesuatu yang diinginkannya, meskipun ia menyuruh kepada sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah, kecuali Allah memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Allah SWT berfirman: “Dan Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas”. (Al-An’am: 119)
Untuk melepaskan jeratan hawa nafsu, manusia harus sungguh-sungguh berusaha meningkatkan kualitas keimanan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan dan amal saleh. Antara lain dengan senantiasa menghormati orangtua dan mengasihi sesama makhluk Allah SWT.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Ramadhan, Perempuan, dan Politik
Senantiasa berbuat baik kepada tetangga, mengasihi saudara sebangsa dan se-Tanah Air, juga kepada sesama insan penghuni jagat raya dunia ini. Kesadaran akan keimanan itu selayaknya diimplementasikan saat ini.
Di tengah masih mewabahnya virus corona (Covid-19), komitmen dan solidaritas serta kepedulian kepada sesama anak bangsa khususnya bagi masyarakat yang berdampak, menjadi salah satu bukti hadirnya keimanan yang kuat dalam diri kita.
Apabila iman, kasih sayang, dan kebajikan ini ada dalam diri kita, maka beban hidup dari saudara-saudara kita yang berdampak Covid-19 ini dapat menjadi ringan.
Puasa mengantarkan kita untuk mengenal diri secara mendalam. Puasa juga menjadi sarana manusia untuk mengenal Allah SWT.
Manusia yang baik adalah mereka yang mengenal dirinya dan juga mengenal Allah SWT. Tanpa mengenal diri, kita hanya akan merasa hebat, bangga diri, dan sombong dari karunia-karunia-Nya, sehingga menganggap segala sesuatu yang telah dicapai di dunia ini semata-mata atas jerih payahnya sendiri, tanpa merasa adanya kehadiran Allah SWT.