Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilu Aman, Pengembang Siap Tancap Gas

Kompas.com - 27/02/2024, 08:41 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan umum (Pemilu) yang berjalan aman dan lancar diharapkan menjadi momentum bagi pelaku industri properti untuk melanjutkan rencana bisnis yang sempat tertahan.

Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Ikang Fawzi menegaskan asosiasi melihat situasi suksesi nasional 2024 yang berlangsung kondusif sebagai kesempatan untuk memperkuat industri properti ke depan.

"Sejauh ini kondisi politik dan makro ekonomi nasional cukup baik, meski pun ada riak-riak yang merupakan dinamika demokrasi. Tapi secara umum kondisi berjalan stabil dan sektor properti 2024 dapat tumbuh pada kisaran 7 persen-10 persen,” tutur Ikang dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Selasa (27/2/2024).

Ikang menambahkan, sektor properti pada 2023 masih bergerak positif, di tengah pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global akibat konflik di Ukraina dan lain-lain.

Baca juga: Pemilu Usai, Minat Beli Properti Membeludak, Contohnya di Serpong

Bahkan menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) properti yang mencakup perumahan, kawasan industri dan perkantoran sepanjang 2023 berada di peringkat keempat sektor dengan realisasi investasi terbesar di Indonesia.

Artinya, investor (pengembang) baik dalam negeri maupun asing masih melihat industri properti di Tanah Air cukup prospektif.

Pada 2024, pemulihan sektor properti diprediksi masih akan terus berlanjut. Selain karena alasan Pemilu yang berlangsung kondusif, bergeraknya sektor properti juga ditopang beberapa faktor.

Terutama, kata Ikang, adalah dengan adanya kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai Di Tanggung Pemerintah (PPN DTP) yang dikuatkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No mor 7 tahun 2024 pada 13 Februari 2024.

“PMK ini memberikan kepastian dan membuat pasar properti semakin bergairah, karena minat konsumen semakin meningkat terutama untuk sub-sektor residensial baik rumah tapak maupun apartemen yang ready stock (siap huni) dengan harga di bawah Rp 5 miliar,” cetus Ikang.

Primadona

Sub-sektor residensial akan tetap menjadi primadona pada 2024 karena kebutuhan perumahan masih besar dengan kekurangan (backlog) mencapai 12,7 juta unit, serta adanya tambahan kebutuhan dari end-user sebanyak 800.000 unit setiap tahunnya.

Baca juga: Tarik Pembeli Properti Bebas PPN, Modernland Tambah Fasilitas

Faktor lain yang diperkirakan turut menjadi pendorong bagi peningkatan kinerja sub-sektor residensial pada 2024 adalah tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen (KPR/KPA) yang sedang menuju tren menurun dan adanya potensi pertumbuhan penyaluran kredit properti.

Saat ini suku bunga acuan tinggi yang terjadi di berbagai negara sudah mencapai puncaknya. Begitu pula suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) yang diprediksi akan turun 2024.

Jika itu terjadi, maka bakal berdampak pada penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). BI juga memproyeksikan kemungkinan suku bunga acuan akan kembali dipangkas dalam beberapa waktu ke depan.

“Kemungkinan pada semester II-2024 suku bunga acuan BI mulai turun. Penurunan BI Rate itu akan menjadi angin segar bagi sektor properti jika diikuti dengan penurunan bunga KPR/KPA,” jelas Ikang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com