JAKARTA, KOMPAS.com – Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLH) mengungkapkan, limbah makanan berkontribusi sebanyak 40,18 persen pada 2020.
Sementara data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, seperti dilansir Kompas.com, Minggu (13/3/2022), sebanyak 16 persen limbah makanan di dunia berasal dari rumah tangga, seperti makanan kadaluwarsa, tidak layak makan, atau tidak habis.
Baca juga: 6 Cara Mengurangi Limbah Makanan Rumah Tangga
Dengan kata lain, limbah makanan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pertambahan sampah, tidak hanya di Indonesia tetapi dunia.
Salah satu cara mengurangi limbah makanan rumah tangga adalah memanfaatkan sisa sayuran dan buah, bahkan potongan rumput, bagian tanaman yang telah dipangkas, daun, dan/atau ranting untuk membuat kompos.
Seorang pegiat tanaman, Toto Compos, mengatakan, pengomposan limbah makanan bisa terjadi cukup lama, kecuali masyarakat menggunakan trik berikut ini.
“Limbah rumah tangga kan gado-gado ya. Ada kol, kacang panjang, sawi, dan lain-lain. Upayakan sampah jangan asal ditumupuk,” ujarnya di acara “Urban Farming Gaya Hidup Pemenuhan Pangan Milenial”, Kantor Benda Alam Yayasan KEHATI, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Beberapa orang mungkin langsung membuang sisa sayuran dan buah-buahan yang tidak bisa diolah, misalnya bagian kulit atau batang.
Ketika ingin menjadikannya sebagai kompos, sisa-sisa produk makanan tersebut langsung dimasukkan ke dalam wadah kompos dan ditutup.
Baca juga: Manfaat Kompos untuk Tanaman dan Bahan-bahan yang Bisa Digunakan
“Kalau daun jati, misalnya, udah hampir 1,5 bulan bentuknya tidak berubah (meski sudah kering). Lalu ada kulit pisang. Kalau ditaruh saja di kompos (dengan asal), seminggu juga enggak akan jadi kompos,” terang Toto.