TBILISI, KOMPAS.com - Georgia telah diperingatkan oleh AS agar tidak menjadi musuh negara-negara barat dengan kembali mengikuti jejak Rusia.
Sebelumnya, parlemen negara tersebut menentang protes massal di jalanan dan mengesahkan undang-undang yang condong ke Kremlin.
Asisten Menteri Luar Negeri AS, Jim O'Brien, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa disahkannya rancangan undang-undang agen asing oleh parlemen Georgia pada Selasa (14/5/2024) dapat menjadi titik balik lain negara bekas Soviet tersebut.
Baca juga: Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia
Dilansir dari Guardian, dalam komentarnya yang tampaknya menandakan keyakinan di AS bahwa pemerintah Georgia sekali lagi bersekutu dengan Rusia , O'Brien menyarankan pendanaan dapat segera ditarik.
Miliaran dollar telah dihabiskan oleh AS untuk membangun kembali Georgia setelah jatuhnya Uni Soviet dan ratusan juta dolar lainnya direncanakan untuk perekonomian dan militer negara tersebut.
“Semua itu harus ditinjau kembali jika kita sekarang dianggap sebagai musuh dan bukan mitra,” kata O'Brien.
Dia berbicara ketika rancangan undang-undang agen asing yang kontroversial didukung oleh 84 anggota parlemen dan 30 anggota parlemen yang menentang demonstrasi yang telah menyebabkan ratusan ribu orang turun ke jalan di Tbilisi.
Di luar gedung parlemen, polisi antihuru-hara menggunakan gas air mata dalam upaya sia-sia untuk membubarkan salah satu protes terbesar yang terjadi sejauh ini.
Sementara di dalam gedung parlemen, para anggota parlemen bertengkar mengenai masa depan negara.
Protes damai berlanjut setelah malam tiba, dengan kerumunan demonstran berbaris menuju Lapangan Pahlawan, sekitar 2 km dari gedung parlemen, dan memblokir jalan-jalan di sekitarnya.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh
Berdasarkan undang-undang tersebut, media atau kelompok masyarakat sipil di Georgia yang menerima lebih dari 20 persen pendanaan mereka dari luar negeri harus mendaftar sebagai organisasi yang melayani kepentingan kekuatan asing.
Kementerian Luar Negeri AS menyebut rancangan undang-undang tersebut terinspirasi oleh Kremlin.
Undang-undang tersebut mirip dengan yang diperkenalkan Rusia pada 2012 oleh Vladimir Putin, yang menurut banyak orang digunakan untuk membungkam para kritikus.
Baca juga: Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan
O'Brien mengatakan hubungan strategis dengan Georgia telah terancam oleh undang-undang baru dan meningkatnya retorika anti-Barat dalam beberapa hari terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.