Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Kompas.com - 05/05/2024, 11:07 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: VOA Indonesia

LONDON, KOMPAS.com - Sadiq Khan mencetak sejarah pada Sabtu (4/5/2024), setelah menjadi wali kota pertama yang terpilih untuk masa jabatan ketiga di London, Inggris.

Ia punya segudang pekerjaan yang harus dibereskan.

Khan telah berjanji akan membersihkan Sungai Thames hingga bisa dipakai untuk berenang.

Baca juga: Sadiq Khan Kembali Terpilih sebagai Wali Kota London

Polusi di Sungai Thames bukan isu kampanye utama, tapi hal itu adalah tujuan yang berani mengingat jalur air tersebut dinyatakan mati secara biologis tidak lama sebelum kelahiran Khan di London pada 1970.

Selain itu, Sungai Thames mengalir sebagai semacam saluran pembuangan terbuka ketika hujan deras mengguyur sistem perpipaan kuno London.

Menjinakkan Sungai Thames bukanlah kali pertama Khan berenang melawan arus. Narasinya dibangun untuk mengatasi rintangan.

Seperti yang sering Khan tekankan, dia adalah putra seorang sopir bus dan penjahit dari Pakistan.

Ia dibesarkan di apartemen perumahan umum dengan tiga kamar tidur bersama tujuh saudara kandung di London Selatan. Dia menempuh pendidikan di sekolah yang keras dan melanjutkan belajar hukum.

Dia adalah seorang pengacara hak asasi manusia (HAM) sebelum terpilih menjadi anggota Parlemen pada 2005 sebagai anggota Partai Buruh kiri-tengah, mewakili wilayah tempat dia dibesarkan.

Pada 2016, ia menjadi pemimpin Muslim pertama di negara-negara Barat, mengalahkan lawannya yang kampanye wali kotanya, menurut Patrick Diamond, “setidaknya agak Islamofobia”.

Baca juga: Catatan Medis Kate Middleton Diduga Diakses Staf Klinik London Tanpa Izin

Patrick adalah seorang profesor kebijakan publik di Queen Mary University of London.

“Hal ini dilihat sebagai penegasan terhadap dirinya dalam hal statusnya sebagai politisi Muslim terkemuka, tetapi juga sebagai penegasan London dalam hal keberagaman, liberalisme, dan kosmopolitanismenya,” kata Diamond.

“Hal ini penting bagi negara yang secara historis tidak memiliki rekam jejak yang kuat dalam hal keberagaman politisi seniornya,” tambahnya.

Khan telah menghadapi diskriminasi halus dan terbuka sepanjang kariernya karena etnis dan agamanya. Beberapa kecaman paling tajam datang dari Donald Trump.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com