TIRANA, KOMPAS.com - Namanya Azis, bapak dua anak. Ia tampaknya adalah sopir taksi gelap.
Setibanya Kompas.com di Bandara Internasional Tirana Nënë Tereza, Albania, Azis menawari tumpangan.
"Kalau taksi di sana (di luar), lebih mahal," katanya sambil mengajak Kompas.com ke pinggiran Bandara itu pada Jumat (9/2/2024).
Baca juga: Kisah Warga Albania Pelindung Al Quran Seukuran Perangko
Kompas.com membiarkan Azis menentukan tarif dari Bandara ke Tirana.
Ia lalu menampilkan angka 25 euro dalam layar handphone.
"Poh (Ya)," Kompas.com mengamininya.
Padahal, berdasarkan penelusuran, tarif resmi taksi dari Bandara ke Tirana berkisar 9 euro-20 euro.
Azis adalah sebagian dari 60 persen warga muslim di Albania.
Bersama Kosovo dan Bosnia Herzegovina, Albania adalah negara di Eropa yang memiliki penduduk mayoritas Muslim.
Tidak sampai 30 menit, Azis menurunkan Kompas.com di pinggiran Skanderberg, alun-alun Tirana.
"Traffico, traffico," katanya.
Baca juga: Albania Tuduh Iran Atur Serangan Siber Besar, Putuskan Hubungan Diplomatik dan Usir Staf Kedutaannya
Jalanan memang macet di Tirana menjelang senja itu.
Alhasil, Azis pun membatalkan janjinya untuk mengantar Kompas.com hingga ke depan pintu Hotel Gloria di Tirana.
Tidak sampai lima menit berjalan kaki dari Skanderberg, Kompas.com telah tiba di depan Masjid Ethem Bey, masjid legendaris kota.
Turis bisa masuk ke dalamnya, namun akan ditutup jika waktu shalat lima waktu tiba. Untuk bisa masuk, turis tak perlu membayar, alias gratis.
"Yang penting lepas alas kaki," kata salah satu takmir Masjid yang Kompas.com temui.
Ada delapan masjid di Tirana.
"Ada yang bernuansa Emirat atau Turkiye," tutur Abdul Muthalib Pakaya, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Albania.
Mahasiswa asal Gorontalo yang kini mendalami sastra Inggris di Universitas Tirana ini mengaku kerasan menuntut ilmu di kota ini.
"Orang Albania ramah, mirip orang kita. Iklimnya bagus untuk ukuran Eropa," imbuh Abdul.