Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks PM Kamboja Hun Sen Menangi Kursi Senat, Kembali ke Garis Depan Politik

Kompas.com - 06/03/2024, 12:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

PHNOM PENH, KOMPAS.com - Komite Pemilihan Nasional (NEC) Kamboja pada Selasa (5/3/2024) mengonfirmasi bahwa mantan perdana menteri Hun Sen memenangi kursi Senat, menandai kembalinya dia ke garis depan politik secara resmi.

Tahun lalu, Hun Sen menyerahkan kekuasaan kepada putranya yaitu Hun Manet.

Hun Sen mengundurkan diri pada Agustus 2023 setelah hampir empat dekade memerintah Kamboja dengan tangan besi.

Baca juga: Dinasti Hun Sen Kuasai Hampir Semua Institusi Politik di Kamboja

Adapun Hun Manet menang besar di pemilu nasional Kamboja yang digelar tanpa partai oposisi signifikan.

Kemudian, dalam pemilihan Senat bulan lalu, hasil pada Selasa menempatkan Partai Rakyat Kamboja (CCP) yang dipimpin Hun Sen memenangi 55 kursi termasuk untuk dirinya sendiri, dari 68 kursi yang diperebutkan.

Partai oposisi kecil yaitu Khmer Will yang menyatakan akan mewakili suara rakyat, hanya mendapat tiga kursi.

CPP menyatakan, akan mencalonkan Hun Sen sebagai presiden Senat—memungkinkan dia bertindak sebagai kepala negara ketika raja di luar negeri—yang diperkirakan akan diadakan pada April 2024.

Dari 62 kursi di Senat, 58 kursi dipilih oleh 125 anggota parlemen dan lebih dari 11.000 administrator lokal, sebagian besar adalah anggota partai Hun Sen.

Baca juga: Hun Manet, Anak Hun Sen, Resmi Ditunjuk Jadi PM Baru Kamboja

Bulan lalu anggota parlemen juga menyetujui putra bungsu Hun Sen yaitu Hun Many sebagai wakil perdana menteri.

Pemerintahan Kamboja kini mencakup sejumlah kerabat Hun Sen. Beberapa anak sekutunya juga memegang jabatan penting.

Juru bicara CPP Sok Eysan menolak anggapan bahwa keluarga Hun Sen mendominasi negara tersebut.

“Itu orang-orang yang iri,” katanya kepada AFP.

Setelah berkuasa pada 1985, Hun Sen membantu memodernisasi negara yang hancur akibat perang saudara dan genosida itu.

Namun, para kritikus mengatakan bahwa pemerintahannya juga ditandai dengan kerusakan lingkungan, korupsi yang mengakar, dan penyingkiran hampir semua saingan politik.

Baca juga: Kenang Pengalaman Pahit, PM Kamboja Minta Ukraina Jangan Pakai Bom Tandan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com