Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinasti Hun Sen Kuasai Hampir Semua Institusi Politik di Kamboja

Kompas.com - 28/02/2024, 15:37 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: David Hutt/DW Indonesia

PHNOM PENH, KOMPAS.com - Setelah partai pemerintah memenangi 55 dari 58 kursi senat dalam pemilihan legislatif 25 Februari silam, mantan Perdana Menteri Hun Sen direncanakan kembali ke politik praktis sebagai presiden Senat Kamboja, menurut hasil rekapitulasi sementara oleh Komite Pemilihan Nasional, Senin (26/2/2024).

Dengan hasil tersebut, Partai Rakyat Kamboja (CPP) menguasai kedua kamar di parlemen, termasuk semua kecuali empat dari 1.652 kepala daerah.

Pemilu Senat diselanggarakan secara tidak langsung. Sebanyak 58 senator dipilih oleh lebih dari 11.000 anggota dewan komunal dan Parlemen Kamboja. Masing-masing bersama Raja Norodom Sihamoni, parlemen juga berhak menentukan dua senator tambahan.

Baca juga: Hun Manet, Anak Hun Sen, Resmi Ditunjuk Jadi PM Baru Kamboja

Hun Sen mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun lalu setelah lebih dari empat dekade berkuasa. Dia mewariskan jabatannya kepada anak tertuanya, Hun Manet, yang juga seorang purnawirawan jenderal.

Sebagian besar anggota kabinet pemerintahan saat ini merupakan anak atau saudara kandung milik orang kuat Kamboja itu.

Setelah lengser, Hun Sen tetap menjabat sebagai presiden CPP dan menduduki posisi kepala dewan penasehat negara yang setara dengan jabatan perdana menteri. Tapi meski berlimang kekuasaan, dia tetap mengincar posisi presiden Senat.

Manuver untuk mengontrol kerajaan?

Juru bicara CPP Sok Eysan membenarkan kabar kembalinya Hun Sen sebagai presiden Senat pada April mendatang.

Jabatan itu menempatkannya sebagai "kepala negara de facto," selain juga kepala kepala negara resmi jika Raja Norodom Sihamoni berada di luar negeri, kata Sophal Ear, guru besar studi Kamboja di Arizona State University.

"Hun Sen menginginkan jabatan yang memberikan kapasitas resmi di dalam politik Kamboja," ujarnya. "Jabatan ini melanjutkan pengaruh politiknya."

Salah satu alasan kenapa Hun Sen ingin menguasai Senat diyakini berpusar pada Kerajaan, institusi terakhir yang belum sepenuhnya dikuasai dinasti Hun. Sebagai presiden Senat, dia akan bisa mengontrol kebijakan raja dari dekat.

Raja Sihamoni dikenal acap pergi berobat ke China setiap kali Pemerintah Kamboja ingin meloloskan rancangan undang-undang kontroversial. Dengan absennya raja, presiden Senat berwenang menandatangani pengesahan UU.

Sebagai presiden Senat, Hun Sen dan Perdana Menteri Hun Manet juga duduk di Dewan Kerajaan yang berhak memilih raja Kamboja.

Baca juga: Kenang Pengalaman Pahit, PM Kamboja Minta Ukraina Jangan Pakai Bom Tandan

Ekspansi kekuasaan dinasti Hun

Apapun alasannya, kembalinya Hun Sen di pucuk Senat melengkapi dominasi dinasti Hun di hampir semua institusi pemerintahan.

"Dinasti Hun dan faksi-faksinya berada di posisi kekuasaan yang belum pernah dilihat sebelumnya," kata Astrod Norel-Nilsson, Guru Besar Studi Asia Tenggara di Lund University, Swedia.

Halaman:

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com