Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Dosen UI tentang Siluman Ular Jadi Disertasi Antropologi Terbaik di Jerman

Kompas.com - 28/02/2024, 15:02 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Ayu Purwaningsih/DW Indonesia

BERLIN, KOMPAS.com - Disertasi Geger Riyanto bertajuk Being Strangers in Eastern Indonesia: Misunderstanding and Suspicion of Mythical Incorporation among the Butonese of North Seram memperoleh penghargaan disertasi antropologi terbaik di negara-negara berbahasa Jerman dari Frobenius Institute, sebuah lembaga antropologi tertua di Jerman.

Dosen antropologi Universitas Indonesia ini bahkan menjadi orang pertama di luar Eropa yang meraih penghargaan tersebut.

Geger menyusun disertasi di Institut Etnologi Universitas Heidelberg, Jerman. Penelitiannya mulai dari warisan budaya hingga mitos asal-usul masyarakat Buton yang bermukim di Seram Utara, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, yang salah satunya tentang keberadaan manusia setengah ular.

Baca juga: Sorot Lahan Sawit Renggut Pangan Suku Papua, Disertasi Ini Jadi yang Terbaik di Australia

Mitos tersebut adalah produk dari interaksi komunitas adat Seram dengan orang Buton. Penasaran dengan hasil riset Geger? Ikuti wawancaranya bersama DW.

Geger Riyanto, dosen Universitas Indonesia.DOK GEGER RIYANTO via DW INDONESIA Geger Riyanto, dosen Universitas Indonesia.
Dalam penelitan kamu ada mitos soal manusia setengah ular yang juga jadi bagian sejarah keberadaan orang Buton di Pulau Seram. Bisa diceritakan dulu legendanya seperti apa dan kaitannya dengan orang Buton yang dianggap sebagai pendatang di Seram?

"Kisahnya bermula dari sosok siluman yang badannya seperti ular, La Ode Wuna. Setengah badan ke atas manusia, setengah ke bawah itu ular. Karena kekurangannya ini, keluarganya menyembunyikan dia, karena dianggap sebagai aib."

"Ayahnya adalah Raja Muna yang berada di dekat Pulau Buton, Kesultanan Buton. Setelah dewasa anak ini dianggap melakukan tindakan yang dianggap kurang baik, menurut standar raja."

"Oleh sebab itu akhirnya ia pergi ke pulau pertama yang ia kunjungi, tapi masih bisa melihat asap dari Pulau Muna, sementara ia tak mau lagi melihatnya karena membangkitkan perasaan kelam atas masa lalunya."

"Kemudian ia menuju sebuah pulau lagi, dan lebih jauh lagi yakni ke Pulau Seram di Gunung Manusela, sehingga tak bisa lagi melihat asap dari Pulau Muna dan akhirnya memilih tinggal di Seram dan membangun kerajaan di sana."

"Kisah mengenainya beragam, tapi selalu ke plot itu. Ia diusir ke Muna dan bermigrasi ke Seram. Lalu karena berasal dari Sulawesi Tenggara, ia diidentifikasikan sebagai orang Buton pertama yang migrasi ke sana dan buat orang-orang Buton keberadaan makhluk siluman dari masa lalu itu juga dimasukkan ke dalam berbagai sejarah Pulau Seram."

"Orang Seram menganggap cerita ini menarik dan fantastis, bahwa ia punya kekuatan super dan masuk dalam cerita mistis di kisah orang-orang Seram.

Baca juga: Sulitnya WNI Dapat Izin Kerja di Malaysia karena Calo...

Lalu apa efeknya ketika mitos itu kemudian diyakini oleh orang Buton dan penduduk Seram? 

"Ketika ini menjadi cerita menarik dan didengar orang-orang Buton dari abad ke-19, di mana mereka masih bermigrasi ke Pulau Seram, maka mendengar cerita ini, mereka berpikir jangan-jangan ini leluhur saya."

"Mereka yang sudah empat generasi di Seram, menganggap hal ini sebagai fakta menarik karena selama ini selalu dianggap sebagai pendatang, yang dianggap tak punya hak atas tanah, bisa dibilang sebagai tamu atau menumpang di pulau atau 'rumah‘ orang."

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com