YERUSALEM, KOMPAS.com - Militer Israel telah meminta lebih dari satu juta orang yang tinggal di Jalur Gaza utara untuk mengungsi, pindah ke selatan di daerah kantong yang terkepung, sementara pertempuran antara Israel dan Hamas terus berlanjut.
Hamas telah menolak perintah tersebut, dan mengatakan kepada warga Palestina bahwa ini adalah taktik perang psikologis Israel dan semua orang harus tetap tinggal.
Bom-bom Israel telah menghujani Jalur Gaza sejak pekan lalu ketika kelompok paramiliter Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel.
Baca juga: Hezbollah Akan Gabung ke Hamas Lawan Israel jika Waktunya Tepat
Pasukan darat Israel telah bergerak menuju perbatasan dengan Gaza, mengumpulkan perangkat keras dan pasukan untuk mempersiapkan serangan darat ke daerah kantong itu.
"Kami memulai serangan dari udara. Nantinya, kami juga akan datang dari darat," kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant kepada pasukan Israel minggu ini di dekat Gaza.
Israel juga memanggil 350.000 tentara cadangan yang, ketika mereka semua melapor untuk bertugas, akan menambah tiga kali lipat ukuran pasukan tempur Israel.
Seiring dengan peningkatan jumlah pasukan ini, sebuah pertanyaan muncul: Apa yang diharapkan Israel dari sebuah invasi darat?
"Tujuan Israel untuk melakukan invasi darat adalah untuk menghancurkan infrastruktur Hamas dan melenyapkan seluruh kemampuan militernya untuk kembali meluncurkan rudal," kata Yossi Mekelberg, seorang pakar Israel di lembaga think tank Chatham House, kepada Al Jazeera.
Namun, menargetkan kemampuan militer Hamas tidak akan cukup bagi Israel, yang ingin melenyapkan kemampuan Hamas untuk memerintah Gaza lagi.
Ini disampaikan Nimrod Goren, seorang peneliti senior untuk urusan Israel di Middle East Institute.
Baca juga: PM Netanyahu: Bombardir di Gaza Hanya Awal dari Serangan Israel
"Israel akan berusaha untuk mengubah keseimbangan dan merombak dinamika sedemikian rupa sehingga Hamas tidak akan berada dalam posisi untuk memerintah," kata Goren.
Namun ambisi semacam itu mungkin saja picik.
Zoran Kusovac, seorang analis dan konsultan strategis, mengatakan bahwa pemberantasan Hamas bukan hanya sebuah tujuan yang muluk-muluk, tetapi juga hampir mustahil.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Kegagalan Intel Israel | Cerita WNI di Gaza
"Ini kemustahilan total karena Anda tidak bisa membedakan antara pejuang dan warga sipil. Tentu saja, dinas rahasia Israel telah mengidentifikasi banyak dari mereka. Namun dalam situasi di mana Anda sedang berperang, itu sangat sulit," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.