Penulis: DW Indonesia
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Delapan anggota Partai Republik dan 208 anggota Partai Demokrat memilih untuk mencopot Kevin McCarthy dari jabatan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) dalam pemungutan suara bersejarah pada Selasa (3/10/2023).
Penggulingan McCarthy merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah AS, di mana pemimpin mayoritas di DPR dicopot dari jabatannya.
"Saya akhirnya menjadi Ketua DPR ke-55... salah satu penghargaan terbesar. Saya menyukai setiap menitnya," kata McCarthy kepada wartawan setelah pemungutan suara, menjelaskan bahwa dia tidak berniat untuk mencalonkan diri lagi.
Baca juga: Kevin McCarthy Digulingkan dari Kursi Ketua DPR AS dalam Pemungutan Suara Bersejarah
"Dan satu hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda adalah melakukan hal yang benar tidak selalu mudah, tetapi hal ini perlu.”
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mendesak DPR untuk segera memilih penggantinya.
"Karena tantangan mendesak yang dihadapi bangsa kita tidak bisa menunggu lama, dia berharap DPR segera memilih ketuanya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam sebuah pernyataan.
Anggota DPR Patrick McHenry dari North Carolina ditunjuk sebagai ketua sementara setelah kursi McCarthy dikosongkan.
McHenry, Ketua Komite Jasa Keuangan DPR, adalah sekutu McCarthy dan mendukungnya sebelum pemungutan suara.
Mosi untuk menggulingkan McCarthy diajukan oleh tokoh konservatif Partai Republik Matt Gaetz dari Florida.
Reputasi McCarthy sebagai tokoh Partai Republik yang relatif moderat, yang dalam beberapa kasus menunjukkan kesediaan untuk berkompromi dengan Presiden Joe Biden, pada akhirnya menyebabkan kejatuhannya di kalangan konservatif.
Baca juga: Harapan Biden Setelah Ketua DPR AS Kevin McCarthy Digulingkan
Sebelumnya pada Selasa (3/10/2023), McCarthy mengumumkan bahwa dia bermaksud untuk melakukan pemungutan suara putaran pertama pada sore hari.
Langkah ini dilakukan hanya beberapa hari setelah disahkannya undang-undang pendanaan stop-gap selama 45 hari untuk menghindari penutupan pemerintah.
Gaetz marah karena McCarthy meloloskan undang-undang yang didukung Demokrat dan menuduhnya bekerja untuk Presiden Biden, dan bukan rekan-rekannya dari Partai Republik.