Penulis: DW Indonesia
MOSKWA, KOMPAS.com - Apakah Yevgeny Prigozhin, pemimpin tentara bayaran Grup Wagner, memang tewas ketika pesawatnya jatuh di wilayah Tver Rusia masih belum jelas benar.
Namun, pihak berwenang Rusia mengatakan bahwa tes DNA telah mengkonfirmasi dia adalah salah satu dari sepuluh penumpang yang tewas.
Dua bulan sebelum kematiannya, Prigozhin, yang pernah dijuluki "koki Putin" karena hubungan dekatnya dengan presiden Rusia itu, memimpin "serangan” pasukan Wagner menuju Moskwa.
Baca juga: Profil Yevgeny Prigozhin, dari Koki Pribadi Putin hingga Jadi Pentolan Wagner
Putin kemudian menuduhnya sebagai pengkhianat, tanpa menyebut namanya secara langsung. Prigozhin akhirnya menghentikan aksi itu dan lari ke ke Belarus. Ketika itu, banyak pengamat yang sudah mengatakan bahwa nyawa Prigozhin hanya tinggal menghitung hari.
Dia adalah korban terbaru dari daftar panjang para kritikus Putin yang tewas terbunuh atau mendekam di penjara.
Ravil Maganov, direktur raksasa minyak Rusia Lukoil, meninggal ketika dia jatuh dari jendela lantai enam sebuah rumah sakitdi Moskwa.
Polisi mencurigai dia bunuh diri, mengatakan bahwa dia didiagnosis menderita depresi selain masalah jantungnya.
Lukoil adalah perusahaan besar pertama Rusia yang menyerukan diakhirinya perang di Ukraina.
Salah satu kritikus paling keras Putin, Alexei Navalny, pingsan dalam penerbangan domestik dari Tomsk ke Moskwa dan jatuh koma.
Setelah pesawat melakukan pendaratan darurat di Omsk, Siberia, Navalny langsung mendapat perawatan medis. Dia kemudian diterbangkan ke Berlin, Jerman, dan dirawat di ke rumah sakit Charite.
Pihak rumah sakit kemudian mengonfirmasi bahwa dia diracun dengan agen saraf kimia, Novichok, yang dikembangkan di masa Uni Soviet.
Setelah pulih, Alexei Navalny merilis rekaman percakapan telepon, di mana seorang tersangka agen dari dinas intelijen dalam negeri Rusia, FSB, mengakui serangan tersebut.
Dalam rekaman yang diunggah ke YouTube, pria tersebut menyebut racun telah dioleskan ke pakaian dalam Navalny. Rusia menganggap rekaman percakapan itu palsu.
Navalny memutuskan kembali ke Rusia dan langsung dijatuhi hukuman penjara.
Baca juga: 5 Racun Paling Mematikan di Dunia, Kena Sedikit Saja Langsung Tewas Seketika