Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Ukraina Cari Rute Baru untuk Ekspor Biji-bijian

Kompas.com - 07/08/2023, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KYIV, KOMPAS.com - Sejak awal perang, Ukraina berupaya membangun rute ekspor baru. Dulu mereka mengekspor setengah dari hasil panen pangan lewat Laut Hitam. Transportasi lewat jalan darat dan kereta api saat ini bermasalah.

Kyiv tampaknya telah mempersiapkan diri sebelum Moskwa menarik diri dari kesepakatan pengiriman bahan pangan seperti gandum, barley, dan jagung. Persiapan ini memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian tersebut melalui pelabuhannya.

Pada awal Juli, Pemerintah Ukraina menyiapkan dana asuransi terhadap risiko keamanan untuk perusahaan pelayaran yang mampu terus mengangkut bahan pangan dari Ukraina lewat jalur laut, bahkan jika Rusia menarik diri dari perjanjian tersebut.

Baca juga: Siasat Rusia Blokade Ekspor Gandum Ukraina dan Dampaknya bagi Dunia

"Dana senilai 20 miliar hryvnia (sekitar Rp 8 miliar) telah dialokasikan dalam anggaran nasional,” Taras Vysotskyi, Wakil Menteri Ukraina untuk kebijakan agraria dan pangan, mengatakan kepada DW.

Namun sekarang, tidak jelas apakah uang ini dapat digunakan untuk tujuan semula. Sejak 20 Juli, Rusia mengatakan akan menganggap semua kapal yang singgah di pelabuhan Laut Hitam Ukraina sebagai "pengangkut potensial kargo militer". Ini berarti bahwa kargo sipil juga berpotensi menjadi sasaran serangan Rusia.

Ukraina tolak persyaratan dari Rusia

Moskwa mengumumkan mundur dari kesepakatan ekspor bahan pangan beberapa jam sebelum kesepakatan ini secara resmi berakhir pada 17 Juli. Kremlin menuduh Ukraina dan Barat gagal menghormati perjanjian ini, dan menuntut dipenuhinya lima syarat.

Serhiy Ivaschenko, CEO Asosiasi Gandum Ukraina, mengatakan Ukraina tidak akan diuntungkan apabila terus melanjutkan kesepakatan ini dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya.

Dia mengatakan, Rusia mempersulit kapal untuk melewati Laut Hitam dan memblokir jalur mereka, dan mengeklaim perlunya inspeksi tambahan.

"Ketidakteraturan Rusia--kadang mereka memeriksa, kadang tidak, kadang menunda--berarti kami rugi sekitar 30 dollar AS (Rp 455.500) untuk setiap ton biji-bijian," kata Ivaschenko kepada DW.

Asosiasi Gandum menghitung bahwa, sebagai akibatnya, petani Ukraina telah kehilangan total lebih dari 1 miliar dollar AS (Rp 15,18 triliun).

"Tanpa Rusia, dan tanpa kemacetan ini, kami akan dapat mengurangi biaya logistik," yakin Ivaschenko.

Oleg Nivyevskyi dari Kyiv School of Economics mengatakan bahwa, pada awalnya, kesepakatan ini memberi kesempatan bagi Ukraina untuk mengekspor kelebihan gandum dari panen sebelumnya.

Ia menyarankan agar Ukraina meningkatkan kapasitas ekspor di perbatasan barat dengan memperluas jaringan kereta api, memperdalam dasar sungai, dan membangun terminal transshipment.

Baca juga: Ukraina Sebut Rusia Serang Fasilitas Ekspor Biji-bijian di Pelabuhan Odessa

Rute alternatif ekspor gandum

Menurut Kementerian Kebijakan Agraria Ukraina, kesepakatan ekspor pangan memungkinkan Ukraina mengekspor 32 juta ton gandum dan minyak lewat jalur laut selama setahun terakhir.

Sekitar 33 juta ton gandum, minyak, dan produk olahan lainnya akan diangkut lewat rute lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com