Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RS di Inggris Mulai Mogok Kerja 72 Jam, Tuntut Kenaikan Gaji

Kompas.com - 14/06/2023, 08:12 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com – Dokter-dokter di rumah sakit di Inggris memulai mogok kerja selama 72 jam terkait persoalan gaji pada Rabu (14/6/2023).

Aksi mogok kerja itu pun memicu peringatan dari pejabat kesehatan tentang gangguan besar terhadap layanan pasien dan lainnya.

Aksi mogok kerja terbaru yang dilakukan oleh dokter-dokter junior -berada di bawah tingkat konsultan- itu rencananya dimulai pukul 07.00 waktu setempat dan akan berakhir pada Sabtu (17/6/2023).

Baca juga: Pria Inggris Ditangkap karena Panjat Gedung Tertinggi di Korea Selatan

Komite Dokter Junior Asosiasi Medis Inggris (BMA) mengatakan, gaji dokter telah mengalami pemotongan sebesar 26 persen dalam 15 tahun terakhir. Disebutkan, besaran gaji ini gagal mengimbangi inflasi yang melonjak.

Mereka ingin pemulihan gaji ke level tahun 2008-2009. Namun, pemerintah menganggapnya terlalu besar. Ini berarti ada kenaikan rata-rata sekitar 35 persen pada tahun ini.

Aksi mogok kerja kali ini adalah aksi terbaru di Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) yang dibiayai pemerintah.

Sebelumnya, perawat dan staf medis lainnya juga telah melakukan aksi mogok kerja untuk mendapatkan bayaran lebih.

BMA memperingatkan akan melakukan aksi mogok kerja lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang jika pemerintah tetap pada tawaran kenaikan gaji 5 persennya.

Pada Selasa (13/6/2023), Direktur Medis Nasional NHS Inggris, Stephen Powis, memperingatkan bahwa sebagian besar perawatan rutin atau terencana dapat terpengaruh oleh aksi mogok kerja dokter.

Bagaimanapun, pada April lalu, sebanyak 196.000 janji temu dan operasi di rumah sakit harus dijadwalkan ulang karena aksi mogok serupa.

Baca juga: Dokter di Inggris Salah Kirim Ucapan Natal, Sebut Pasien Alami Kanker Paru-paru

"Itu (mogok kerja) akan berdampak besar pada perawatan rutin pasien dan daftar tunggu, karena prosedur dapat memakan waktu untuk mengatur ulang dengan banyak tim yang terlibat," katanya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Dia menyampaikan, prioritas akan diberikan untuk perawatan darurat, mendesak, dan kritis.

Para pemimpin rumah sakit di Inggsi telah meminta kedua belah pihak untuk mengambil langkah kompromi, ketika mereka berjuang dala melawan tumpukan besar dalam perawatan yang diperburuk oleh pandemi Covid-19.

Menuryt BMA, sekitar 7 juta orang menunggu pengobatan pada bulan April, jumlah yang merupakan rekor tertinggi, dengan hampir tiga juta orang menunggu lebih dari 18 bulan.

BMA juga menyampaikan, lamanya waktu tunggu pasien untuk janji temu pertama dan pengobatan kanker juga semakin buruk.

Menteri Kesehatan Steve Barclay menyebut aksi mogok dokter di Inggris itu adalah hal yang sangat mengecewaka. Dia mengatakan hal itu membahayakan pasien dan pekerjaan untuk memotong daftar tunggu.

"Jika BMA membatalkan aksi mogok yang merusak dan mengganggu ini dan menunjukkan keinginan untuk bergerak secara signifikan dari posisi mereka, kami dapat melanjutkan pembicaraan rahasia dan menemukan jalan ke depan, seperti yang telah kami lakukan dengan serikat pekerja lainnya," tambahnya.

Baca juga: Perawat di Inggris Capai Kesepakatan Gaji, Akhiri Mogok Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com