Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Gunakan ‘Diplomasi Diam-Diam’ untuk Bantu Selesaikan Krisis Myanmar

Kompas.com - 05/05/2023, 19:54 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menggunakan “diplomasi diam-diam” untuk berbicara dengan semua pihak yang berkonflik di Myanmar dan memacu upaya perdamaian baru di negara yang dilanda kekerasan itu.

Hal itu diungkap oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam konferensi pers pada Jumat (5/5/2023).

Myanmar telah dilanda kerusuhan sejak kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.

Baca juga: Junta Myanmar Ampuni 2.153 Tahanan yang Dipenjara karena Perbedaan Pendapat

Negara itu telah diwarnai dengan penumpasan berdarah oleh junta Myanmar terhadap perbedaan pendapat sehingga memicu kerusuhan sosial dan krisis ekonomi.

Indonesia, yang pada tahun ini menjadi ketua blok Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), berharap untuk memulai rencana lima poin yang disepakati dengan junta Myanmar dua tahun lalu setelah berbagai upaya mediasi untuk mengakhiri kekerasan telah gagal.

“Pada tahap awal keketuaannya, Indonesia memutuskan untuk mengambil pendekatan diplomasi non-megaphone,” kata Retno Marsudi dalam konferensi pers.

“Tujuannya untuk memberikan ruang bagi semua pihak untuk membangun kepercayaan. Diplomasi diam-diam bukan berarti Indonesia tidak berbuat apa-apa,” tambahnya, dikutip dari AFP.

Dia mengatakan, diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia sejak awal tahun termasuk 60 pembicaraan dengan semua pihak yang berkonflik yang semoga menjadi modal untuk upaya lebih lanjut guna menyelesaikan krisis.

Baca juga: 171 Korban Tewas dalam Serangan Junta Myanmar di Desa Pazi Gyi

Pembicaraan itu termasuk dengan pemerintah bayangan Myanmar yang sebagian besar terdiri atas penentang junta yang digulingkan, pemerintah yang ditunjuk militer dan kelompok-kelompok etnis minoritas bersenjata.

Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa setiap anggota ASEAN telah diberitahu tentang pembicaraan dengan semua pihak.

Komentar Menlu Retno Marsudi itu disampaikan menjelang KTT pertama dari dua pertemuan tahunan para pemimpin ASEAN yang diselenggarakan oleh Indonesia sebagai ketua.

Pertemuan pertama ini akan berlangsung minggu depan di Pulau Flores, di mana junta Myanmar tidak diundang.

Rencana lima poin ASEAN menyerukan diakhirinya kekerasan dan mendorong pembicaraan antara militer dan pemberontak tetapi junta sebagian besar telah mengabaikannya, sehingga negara itu tidak diundang ke KTT tingkat tinggi.

ASEAN, yang dikritik karena kelambanannya dalam mengatasi krisis yang semakin dalam, bulan lalu mengutuk militer atas serangan udara di wilayah Sagaing, Myanmar tengah yang dilaporkan menewaskan puluhan orang.

Baca juga: Tantangan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023: Menangani Krisis Kemanusiaan dan Demokrasi di Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com