Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penderitaan Rohingya, Menahan Haus dan Lapar Berhari-hari di Laut

Kompas.com - 12/01/2023, 18:15 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Sarah Aziz/VOA Indonesia

KOLKATA, KOMPAS.com - Seorang pengungsi Rohingya, Anwara Begum (55) menahan air mata saat dia mencoba membujuk cucunya yang berusia 7 tahun, Umme Habiba, untuk menelan sepotong makanan. Mereka berada di kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh.

Kondisi Habiba saat itu sedang sangat sedih, ia menangisi kepergian ibunya, Hatemon Nesa, 27, dan saudara perempuannya Umme Salima yang masih berusia 5 tahun. Keluarga tersebut baru saja mendapatkan informasi bahwa mesin kapal kayu bobrok yang mereka tumpangi rusak di lautan saat menuju Malaysia.

Sekitar 200 penumpang berada di atas kapal tersebut yang meninggalkan Bangladesh pada 25 November. Semua penumpang kapal itu adalah pengungsi Rohingya dan mereka kehabisan makanan dan air dalam perjalanan.

Baca juga: Benarkah Kapal Rohingya Digiring ke Indonesia?

Begum mengatakan kepada VOA dalam sebuah wawancara telepon, “Nesa memberitahu kami bahwa orang-orang sekarat akibat kelaparan dan dehidrasi di atas kapal karena kapal yang mereka tumpangi hanyut tanpa tujuan. Saya takut putri dan cucu perempuan saya juga akan mengalami nasib serupa.”

“Saya terus menangis, tapi tidak pernah (melakukannya) di depan Habiba. Saya mengatakan kepada cucu saya bahwa Allah akan menyelamatkan ibu dan saudara perempuannya, entah bagaimana caranya. Saya terus berdoa.”

Ratusan kilometer jauhnya, di laut, Nesa yang merasa letih juga berusaha menahan diri demi anaknya yang masih balita.

“Begitu kami tahu bahwa kapal itu tidak bergerak ke arah Malaysia, para perempuan di kapal, termasuk saya, menjadi cemas,” kata Nesa kepada VOA melalui sambungan telepon.

“Ketika kapal hanyut ke perairan India, banyak dari sekitar 30 anak di dalamnya mulai menangis karena lapar dan haus. Melihat anak-anak kesakitan, ibu mereka juga mulai menangis.”

Nesa berusaha untuk tetap tegar, tidak meneteskan air mata. Ia khawatir rasa takut yang ia rasakan akan menular ke Salima.

“Saya menggendong putri saya saat dia jatuh sakit setelah saya buatkan ia minum dari air laut asin. Saya menghiburnya, mengatakan bahwa Allah pasti akan membantu kami untuk mencapai tujuan kami,” kata Nesa.

Nesa adalah salah satu dari sekitar 740.000 warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh pada 2017. Mereka berusaha menyelematkan diri setelah militer Myanmar menumpas habis etnis minoritas Rohingya yang sebagian besar Muslim. Suami Nesa telah meninggalkannya di Myanmar tak lama setelah kelahiran putri kedua mereka.

“Kamp pengungsi Rohingya yang padat dan tidak sehat di Bangladesh mirip seperti penjara,” kata ibu tunggal dua anak ini.

“Selama kami berada di kamp, gerakan kami dibatasi oleh pihak berwenang dan anak-anak kami tidak memiliki akses ke pendidikan formal. Masa depan terlihat suram di Cox's Bazar.”

Anak-anak pengungsi Rohingya di Bangladesh biasanya belajar di Maktab, sekolah dasar Islam tradisional tempat mereka belajar membaca dan mengaji.

Baca juga: Apakah Dunia Sudah Lupa Pengungsi Rohingya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com