Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Longgarkan Aturan Covid-19, Warga "Panic Buying"

Kompas.com - 20/12/2022, 09:36 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

BEIJING, KOMPAS.com - China dilanda panic buying dan kekurangan pasokan barang-barang kebutuhan pokok setelah pemerintah menerapkan pelonggaran aturan pembatasan Covid-19.

Warga China banyak menyerbu apotek-apotek untuk membeli ibuprofen, obat flu, dan perangkat tes Covid di berbagai laporan mengenai kurangnya pasokan.

Tak hanya itu, produk sehari-hari untuk membantu menjaga kesehatan sebagian besar telah terjual ludes di situs niaga online, khususnya buah-buahan yang kaya akan vitamin C seperti lemon, persik kalengan, dan air yang mengandung elektrolit.

Baca juga: Kota Besar di China Izinkan Warga dengan Gejala Covid Ringan Bekerja Normal

Penimbunan pada era Covid-19 memang banyak terjadi di seluruh dunia, namun ini pertama kalinya hal itu terjadi setelah karantina wilayah dilonggarkan.

Pada awalnya China sama seperti negara-negara lain, ketika banyak orang membagikan foto di media sosial yang menunjukkan rak-rak kosong di supermarket kota-kota besar menjelang pemberlakuan larangan keluar rumah di tengah pandemi.

Namun kini, aksi memborong obat-obatan secara panik alias panic buying tetap saja terjadi meskipun China sudah meniadakan aturan pelacakan individu serta mengizinkan warganya melakukan isolasi mandiri di rumah dan tes Covid mandiri.

Aksi panic buying ini ditengarai dilakukan guna mengantisipasi kenaikan kasus Covid pada musim salju yang akan datang.

Pemerintah daerah juga didesak meningkatkan kapasitas unit gawat darurat mereka dan membuka klinik khusus pasien demam sebelum akhir bulan, sebagai bentuk persiapan menghadapi gelombang penularan kasus berikutnya.

Bahkan, sudah muncul tanda-tanda bahwa tenaga kesehatan di China mulai kewalahan.

Sebuah video yang beredar minggu ini menunjukkan pasien yang terhubung dengan infus di dalam mobil karena "klinik penuh".

Media China Daily melaporkan bahwa terjadi "ledakan permintaan" untuk obat pereda nyeri, vitamin, dan obat batuk-pilek.

Beberapa media pun membagikan foto rak-rak apotek yang kosong. Media lokal China memberitakan tentang lini produksi di pabrik-pabrik farmasi bekerja dengan "kapasitas penuh" untuk menghadapi lonjakan permintaan.

Baca juga: Infeksi Covid-19 China Melonjak, Sekolah di Shanghai Diperintahkan Kembali ke Kelas Daring

China Daily melaporkan bahwa sedemikian maraknya aksi pembelian panik di Kota Guangzhou, pemerintah daerah meminta agar warga melakukan "pembelian yang masuk akal".

"Tidak perlu menimbun (produk) dalam jumlah besar," tulis Pemerintah Guangzhou dalam pernyataan resmi.

Guangzhou merupakan kota dengan tingkat kasus Covid-19 tertinggi dalam beberapa minggu terakhir.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com